PON Papua dan Pembukaan Bali Tak Pengaruhi ke Sektor Perhotelan

Okupansi hotel diprediksi cuma 40 persen di akhir 2021

Jakarta, IDN Times - PON XX Papua dan rencana pemerintah membuka Bali untuk wisatawan mancanegara (wisman) pada 14 Oktober dinilai tidak akan berpengaruh pada peningkatan okupansi hotel di Indonesia. Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran ragu bila turis akan langsung berbondong-bondong datang ke Pulau Dewata.

Menurutnya, hal itu bisa terjadi seiring dengan masih ketatnya kebijakan untuk warga negara asing yang datang ke dalam negeri.

"Ini kan jadi ada biaya khusus, cost of travelling mereka bertambah. Mereka sudah menghabiskan waktu untuk karantina, tidak cukup kalau seminggu, paling tidak turis butuh 2 minggu untuk menikmati destinasi. Padahal 5 hari biasanya mereka bisa ke mana-mana," kata Maulana kepada IDN Times, Jumat (8/10/2021).

Baca Juga: Penerbangan Internasional Bali Dibuka 14 Oktober, 35 Hotel Jadi Lokasi Karantina

1. PON Papua cuma event, setelahhnya okupansi hotel bisa turun

PON Papua dan Pembukaan Bali Tak Pengaruhi ke Sektor PerhotelanSemarak pembukaan PON Papua 2021. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/YU)

Maulana mengakui bahwa PON XX Papua membawa dampak pada pertumbuhan keterisian atau okupansi hotel, namun hal itu hanya bersifat sementara. Sama seperti momen Asian Games pada 2018 lalu, di mana sektor perhotelan tumbuh, namun langsung anjlok begitu event tersebut selesai.

"Tapi setelah itu apakah bisa memastikan stabilitas okupansi bisa segitu (tetap)? Ini bisa terjdi oversupply, begitu juga dengan Mandalika (MotoGp), sulit jika tidak diikuti event lainnya, apakah bisa setelah itu perhotelan okupansinya bisa tetap stabil?," ujar Maulana.

Baca Juga: PHRI Keberatan jika Holywings Ditutup hingga Pandemik Usai

2. PHRI cuma yakin okupansi hotel sampai akhir tahun cuma 40 persen

PON Papua dan Pembukaan Bali Tak Pengaruhi ke Sektor PerhotelanIlustrasi hotel - Hotel Marina Bay Sands Singapura (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Tidak cuma masalah perhelatan PON XX Papua dan pembukaan Bali, Maulana juga meragukan sektor perhotelan bisa meningkat pesat hingga akhir tahun. Ia menyebut, angka optimis untuk okupansi hotel sebesar 40 persen dengan syarat tidak ada penahanan mobilitas masyarakat dan level PPKM yang sudah mulai menurun seperti sekarang.

Hal ini karena banyak libur atau cuti bersama yang dipotong oleh pemerintah. Padahal momen akhir pekan dan long weekend biasanya bisa meningkatkan jumlah keterisian hotel.

"Kalau tahun lalu ada cuti bersama meski dipotong. 2021 terjadi banyak pengurangan libur bersama. Yang menumbuhkan okupansi itu long weekend dan weeekend bukan kegiatan bisnis pemerintah atau MICE. Kalau masih harap leisure di tahun ini, tapi cuti bersama dihilangkan, ini jadi hambatan juga. Total kalau bisa tumbuh sampai 10 persen dibanding tahun lalu itu cukup bagus," kata Maulana memaparkan.

3. Okupansi hotel di Pulau Jawa bisa tumbuh lebih tinggi dibanding daerah lain

PON Papua dan Pembukaan Bali Tak Pengaruhi ke Sektor PerhotelanIlustrasi hotel (IDN Times/Anata)

Maulana mengatakan pertumbuhan okupansi hotel tidak akan merata di seluruh Indonesia. Salah satunya disebabkan karena mahalnya harga penerbangan dengan adanya RT-PCR meski kini harganya sudah turun. Ia mengatakan, kegiatan-kegiatan pemerintah yang mengadakan rapat di hotel akan terpusat di Pulau Jawa saja.

"Di Pulau Jawa mereka (pemerintah) tidak gunakan pesawat, tapi kednaraan pribadi ini jadi tantangan untuk daerah seperti di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi termasuk Bali itu sendiri apalagi ke bagian Timur seperti Papua. Makanya kami berharap cost of travelling bisa ditekan khsusnya PCR itu," katanya.

Baca Juga: Sederet Media Asing Soroti Pembukaan Pariwisata Bali, Apa Kata Mereka?

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya