Setelah COVID-19 Berakhir, Tuntutan Energi Bersih akan Semakin Tinggi 

Setuju gak kamu kalau sekarang ini lingkungan lebih bersih?

Jakarta, IDN Times - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menilai tuntutan energi bersih atau ramah lingkungan akan semakin tinggi setelahberakhirnya wabah COVID-19.

Hal ini terlihat dengan semakin membaiknya kondisi lingkungan. Mulai dari berkurangnya polusi, di mana langit semakin biru dan sungai-sungai di Venisia yang bersih.

"Pasti akan ada gerakan balance untuk lebih baik di mana oil and gas mendukung lingkungan lebih baik dan bersih. Ini tantangan, apakah BBM yang polusinya tinggi harus menggunakan teknologi lain, pakai apa dan sebagainya," kata Jonan dalam video conference, Selasa (14/4).

1. Begitu juga perusahaan listrik

Setelah COVID-19 Berakhir, Tuntutan Energi Bersih akan Semakin Tinggi IDN Times/Rochmanudin

Baca Juga: Untuk Pertama Kali dalam 30 Tahun, Gunung Himalaya Terlihat dari India

Tidak hanya BBM, perusahaan listrik pun dituntut untuk menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Meski harga energi ramah lingkungan masih mahal, ia yakin masyarakat bisa menerimanya dengan mendorong sisi marketingnya.

"Kita sebaiknya mulai jelaskan bagaimana jual utilities, electricity dengan cara marketing," ujar Jonan.

 

2. Indonesia punya banyak opsi energi ramah lingkungan

Setelah COVID-19 Berakhir, Tuntutan Energi Bersih akan Semakin Tinggi IDN Times/Hana Adi Perdana

Indonesia patut bersyukur karena diberkahi matahari yang selalu menyinari tiap tahun, termasuk energi panas bumi. Kedua ini dinilai Jonan bisa dimanfaatkan untuk menjadi energi terbarukan.

"Karena negara tropis ini mestinya dengan gunakan solar panel ini bisa sangat bantu. Makanya saya dorong PLN bikin sendiri dan sebagainya. Ini tanggung jawab untuk cleaner energy," katanya.

3. Mobil listrik pun bisa segera diwujudkan

Setelah COVID-19 Berakhir, Tuntutan Energi Bersih akan Semakin Tinggi IDN Times/Hana Adi Perdana

Untuk pengganti BBM kendaraan, Jonan mengatakan bisa diganti dengan mobil listrik yang memanfattkan teknologi baterai dan hidrogen. Meski harganya mahal, ia mendorong asosiasi untuk membuat harganya terjangkau.

"Atau diberi insentif seperti di Tiongkok untuk kendaraan listrik. Mesti cari cara apakah dengan engine atau turbin yang bisa menyaring polusi dengan ketat. Ini harus dimulai," ucapnya.

 

Baca Juga: Dampak Virus Corona, Polusi Udara di Sejumlah Negara Menurun Drastis

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya