Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

INA Telah Raih Komitmen Investasi 25 Miliar Dolar AS sejak Didirikan

WhatsApp Image 2025-08-01 at 10.00.36.jpeg
Jajaran manajemen Indonesia Investment Authority (INA) di IDN HQ, Jakarta (IDN Times/Sunariyah)
Intinya sih...
  • INA memiliki dua kelompok mitra investasi, termasuk perusahaan dengan kemampuan teknis sendiri
  • INA telah berinvestasi sebesar Rp65,4 triliun sejak beroperasi hingga Mei 2025
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA) memperoleh komitmen investasi dari para mitra investasinya sebesar 25 miliar dolar Amerika Serikat (AS) sejak didirikan pada 2020.

Berdasarkan data INA, komitmen investasi itu datang dari investor terkemuka di 15 negara dengan tujuh tambahan mitra baru di 2024, yang sebagian besar pertama kali investasi di Indonesia.

"Globally kita sudah punya komitmen sekitar 25 miliar dolar AS (dari beberapa mitra), tahun lalu ada beberapa tambahan (mitra) lagi, tapi yang mungkin saya highlight di sini tipe-tipe investor yang banyak dari mereka ini baru pertama kali," kata Director of Investment INA, Johan Batubara di IDN HQ, Jakarta, Kamis (31/7/2025).

1. APG jadi salah satu mitra yang pertama kali berinvestasi di RI

Jalur Tol Trans Sumatra (JTTS) Palembang-Betung (IDN Times/Rangga Erfizal)
Jalur Tol Trans Sumatra (JTTS) Palembang-Betung (IDN Times/Rangga Erfizal)

Johan menjelaskan, salah satu mitra investasi INA yang baru pertama kali menanamkan uangnya di Indonesia adalah APG. Untuk diketahui, APG merupakan lembaga dana pensiun nasional Belanda--terbesar di Eropa dan keempat terbesar secara global--dengan Asset Under Management (AUM) sebesar 630 miliar dolar AS.

"APG ini baru pertama kali investasi di Indonesia, padahal secara historikal kan Indonesia dan Belanda juga punya sejarah," ujar Johan.

APG membentuk konsorsium dengan SWF Abu Dhabi, ADIA untuk berinvestasi aset jalan tol di Indonesia.

2. Dua kelompok mitra investasi INA

BUMN Farmasi menandatangani kerja sama dengan Silk Road Fund dan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11). (Dok.Kimia Farma)
BUMN Farmasi menandatangani kerja sama dengan Silk Road Fund dan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11). (Dok.Kimia Farma)

Johan menjelaskan, tipe-tipa mitra investasi INA yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama disebut sebagai investor finansial yang bentuknya bisa Sovereign Wealth Fund (SWF), dana pensiun, dan manajer investasi. Untuk mitra investasi SWF, INA telah menjalin kerja sama dengan ADIA (Abu Dhabi), GIC (Singapura), dan Silk Road Fund (China).

"Kemudian juga ada yang modelnya dana pensiun, yang APG itu adalah dana pensiun Belanda. Salah satu terbesar, kalau tidak salah, yang paling besar di Belanda. Kemudian ada manajer investasi, jadi memang pengelolaan dana dari pihak ketiga. BlackRock dan GIP ini bermarkas di Amerika, tapi investor mereka pretty much global ya," tutur Johan.

Kelompok kedua yang menjadi mitra investasi INA adalah perusahaan-perusahaan dengan kemampuan teknis sendiri. Saat ini, INA telah bermitra dengan beberapa perusahaan tersebut seperti SK Plasma, DP World, DayOne, Masdar, Swire, dan ESR Logos.

"Kita sudah mention soal SK Plasma yang beroperasi di bidang produksi terapi plasma dan lain-lain itu (ada juga), seperti DP World, ini kan operator pelabuha global yang berasal dari Dubai. Kemudian ada DayOne yang parent-nya itu adalah perusahaan dari China, GDS, itu yang terbesar di China. Sementara DayOne itu yang cabang internasionalnya. Masdar juga adalah perusahaan renewable dari UEA dan juga Swire," tutur Johan.

3. INA sudah investasi Rp65,4 triliun sejak beroperasi hingga Mei 2025

Ilustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

INA bersama para mitra investasinya telah melakukan investasi didi Indonesia sebesar Rp65,4 triliun. Total nilai investasi tersebut merupakan akumulasi sejak INA beroperasi pada 2021 hingga Mei 2025.

“Selama empat tahun kami beroperasi itu (telah berinvestasi) sekitar Rp65,4 triliun. Sekitar 40 persenan itu memang dari kantong kita, dan 60 persen dari kantong investor kita,” kata Johan.

Sebagai bagian dari mandatnya, seluruh investasi ini dirancang tidak hanya untuk menciptakan nilai jangka panjang, tetapi juga untuk mendukung agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan Indonesia. Konsistensi eksekusi ini menegaskan peran INA yang semakin diakui sebagai mitra investasi terpercaya, yang mampu memobilisasi dan menyalurkan modal jangka panjang dalam skala besar demi menciptakan dampak nasional.

INA mengarahkan investasinya ke sejumlah sektor prioritas nasional, yakni transportasi, logistik, dan infrastruktur; digital; energi hijau dan ekonomi biru; serta kesehatan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us