Dihantam COVID-19, Begini Cara Founder Tahu Petis Yudhistira Bertahan 

Anjuran stay at home jadi peluang merambah penjualan online

Jakarta, IDN Times - Mempertahankan bisnis di tengah pandemik COVID-19 memang tidak mudah. Itulah yang dirasakan founder Tahu Petis Yudhistira, Wieke Anggraini. Ia terpaksa menutup satu outlet-nya di salah satu mall, sementara outlet lainnya bertahan dengan sistem online.

"Banyaknya pembatasan, seperti PSBB, larangan berkumpul, itu berdampak apalagi di toko kami di Semarang yang memang tujuannya pariwisata. Outlet kami di mal harus tutup mulai Maret sampai entah kapan. Padahal, puasa dan lebaran biasanya jadi momen UMKM kuliner untuk mencapai puncak penjualan. Karena COVID-19 ini otomatis buyar," kata Wieke dalam diskusi webinar bersama IDN Times, Rabu (20/5).

1. Penjualan di online meningkat 40 persen

Dihantam COVID-19, Begini Cara Founder Tahu Petis Yudhistira Bertahan (Ilustrasi uang) IDN Times/Ita Malau

Sejak ada anjuran stay at home, kata Wieke, ada perubahan perilaku konsumen. Mereka lebih aktif di online dari pagi sampai malam. Hal itu lantas ditangkap sebagai peluang. Karena mayoritas produk Tahu Petis Yudhistira berbentuk jajanan atau cemilan, konsumennya pun lebih banyak yang beli take away.

"Kebetulan sejak 2015 kami sudah daftar merchant di GoFood dan e-commerce, ini jadi jembatan antara kami dan konsumen. Di era COVID-19 ini, penjualan meningkat drastis. Produk kami ada lumpia, tahu bakso, tahu walik, kopi, empon-empon, semua bisa dipesan online. Konsumen jelang Ramadan hingga saat ini meningkat signifikan bila dibandingkan 2019, bisa sampai 40 persen," ungkapnya.

Baca Juga: 99 Persen Pengusaha Pelaku UMKM, Teten Masduki: Mereka Paling Terpukul

2. Wieke memangkas beberapa pengeluaran demi efisiensi

Dihantam COVID-19, Begini Cara Founder Tahu Petis Yudhistira Bertahan Ilustrasi uang (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Wieke menjelaskan, hasil penjualan itu cukup untuk menutupi kerugian outlet-nya yang terpaksa tutup. Namun demikian, sebagai pengusaha ia harus tetap waspada minimal sampai akhir tahun. Sebab, tidak ada yang tahu kapan COVID-19 berakhir.

"Kami lakukan strategi memangkas biaya tak perlu agar bisa lari cepat. Kami akan cut outlet yang under perform, lalu fokus ke titik penjualan yang perform-nya bagus. Sekarang kami ada 7 outlet, yang masih beroperasi ada 6," ujar Wieke.

3. Pemerintah diminta memaksimalkan bantuan di sektor UMKM

Dihantam COVID-19, Begini Cara Founder Tahu Petis Yudhistira Bertahan Ilustrasi produk UMKM/UKM. IDN Times/Shemi

Menurut Wieke, bisnis kuliner yang paling terdampak adalah berbentuk restoran karena mengandalkan kedatangan konsumen. Selain harus bertahan dengan berbagai strategi, ia berharap pemerintah dapat memaksimalkan bantuannya di sektor UMKM.

"Relaksasi pembayaran hingga angsuran kredit ini sangat membantu. Perlu diketahui juga tidak semua pelaku UMKM bisa mengakses informasi yang cukup, jadi pemerintah bisa fasilitasi lewat online," kata dia.

Sebagai informasi, Tahu Petis Yudhistira didirikan pada 2006, bermodalkan gerobak yang beroperasi di Tebet, Jakarta Selatan. Karena respons konsumen bagus, Wieke mencari lokasi-lokasi strategis lain di Jakarta Selatan.

Pada 2008, ia bersama timnya mengikuti kompetisi wirausaha dan menjadi pemenang kedua di tingkat nasional. Ia pun berekspansi dan kerap mengikuti event UMKM, baik skala nasional mau pun internasional.

Baca Juga: 3 Hal yang Dilakukan BI untuk Dorong Sektor UMKM

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya