Mengintip Pembangunan di Indonesia Timur dari Kacamata Bos WIKA

Semua wilayah ternyata sudah terkoneksi dengan baik

Jakarta, IDN Times - Dalam benak banyak orang, Indonesia Timur adalah wilayah yang jauh, nyaris tak terjangkau. Hal itu dibantah oleh Dirut Wijaya Karya Tumiyana.

Dalam acara Indonesia Millennial Summit dari IDN Times, 17-18 Januari 2020 lalu, Tumiyana membeberkan progress pembangunan infrastruktur di Indonesia Timur. Tak hanya itu, ia juga membocorkan rencana membidik proyek air minum. Simak, ya!

1. Apa yang dilakukan WIKA di kawasan Indonesia Timur?

Mengintip Pembangunan di Indonesia Timur dari Kacamata Bos WIKAIDN Times/Kevin Handoko

Kalau tanya kiprahnya WIKA di Indonesia Timur yang sekarang masih hot itu, extensionnya adalah bandara (di Sulawesi). Jadi sekarang akan jadi goal capacity. Kapasitasnya akan dijadikan dobel.

Beberapa dam (bendungan) di Indonesia Timur juga lagi dikerjakan. Ada di Palu, Pare-Pare, juga Gumbasa. Jadi kalau akumulasi berapa besar WIKA membangun di Indonesia Timur, hampir tiap titik di provinsi ada di sana, yang paling besar ada di Makassar.

Kedua, ada Jalan Layang di tengah Makassar. Itu salah satu yang dipunyai Indonesia Timur, yang banyak dam. Itu salah satu jalan untuk bandara adalah membangun konektivitas yang kita punya. Sehingga teman-teman muda kalau mau ke timur distribusinya semua dari Makassar. Itu yang sekarang WIKA kerjakan.

2. Sebenarnya apa kesulitan membangun infrastruktur di Indonesia Timur?

Mengintip Pembangunan di Indonesia Timur dari Kacamata Bos WIKAIDN Times/Kevin Handoko

Sekarang WIKA masih di daerah Oksibil, mau nyambung sedikit lagi ke daerah kritis yang sekarang lagi ramai. Kalau bicara kesulitan, sebenarnya kita ini gak ada lagi kesulitan. Sebelum (bekerja) di WIKA, saya memobilisasi barang dari Surabaya ke Jayapura. Namanya jeembatan Holtekamp. Itu kita connect di Surabaya, kita mobilisiasi 2.200 ton dari Surabaya ke Jayapura dan itu terbangun dengan baik.

Sisi lain apa yang susah? Sebenarnya resources di Indonesia Timur semua lengkap. Tidak ada material yang tidak ada di Indonesia Timur. Sekarang ini saya dari ujung Sulawesi punya pekerjaan di kuil. Ada air baku, ada bendungan di tengah ada Gumbasa, di bawah ada akses petarane dan bandara Makassar.

Semua resources ada di sana. Tidak ada yang sulit karena Wijaya Karya sendiri juga men-develop sumber daya lokal. Jadi semua orang yang bekerja di Indonesia Timur, baik sekarang yang ada di daerah Oksibil maupun perbatasan antara Papua ke Papua Nugini, itu kita juga merekrut tenaga lokal.

3. Berapa porsi material lokal dan impor dalam proses pembangunan?

Mengintip Pembangunan di Indonesia Timur dari Kacamata Bos WIKAIDN Times/Reynaldy Wiranata

Barang-barang yang ada di kita, semua kita manfaatkan untuk membangun. Kita memberdayakan material lokal yang ada di wilayah itu, kecuali beberapa item. Dan konten impor yang kita pakai di Indonesia Timur gak lebih dari 15 persen. Sehingga 85 persen dari total material pasti memakai sumber daya lokal. Jangan sampai orang-orang muda berpikir Indonesia itu beda titik satu dengan yang lain.

Jadi kalau kita bicara Indonesia, kita tuh spend time on flight dari Jayapura sampai ujung Aceh itu perlu waktu 9 jam. Negara kita gede dan koneksinya sekarang gak susah. Jadi dulu kalau saya bekerja datang dari Balikpapan pagi jam 9, siang diperintah Pak Wapres JK 'Tumiyana, kamu harus menyambungkan jalan ruas Jawa karena besok mau Lebaran'. Jam 11 saya sampai di Solo, sore ada peresmian pembangkit di dekat Manado. Saya bisa sampai.

Baca Juga: IMS 2020: Dirut WIKA Tumiyana, Senang Investasi Sapi Dibanding Saham

4. Jadi sudah terkoneksi dengan baik?

Mengintip Pembangunan di Indonesia Timur dari Kacamata Bos WIKAIDN Times/Kevin Handoko

Jangan teman-teman muda ini berpikir bahwa Indonesia Timur itu jauh. Gak, gak jauh karena connection sudah terbangun dengan baik. Semua spot titik menuju atau membawa resources ke titik pelabuhan udara sudah terbangun. Bahkan saya pernah ke puncak jaya. Bagaimana duduk di sana membantu para petani kopi memobilisasi barangnya menuju ke Jayapura atau Wamena pernah saya jalani.

Saya garisbawahi bahwa kesulitan itu gak ada. Sulit itu kalau kita gak bisa. Jadi tidak ada kalimat sulit. Orang bicara sulit itu kalau gak bisa. Orang bicara mahal kalau kita tidak punya kemampuan untuk membeli. Untuk bisa pumya kemampuan itu, kita harus belajar banyak untuk menggali seluruh resources yang ada dari mana pun sumbernya.

Baca Juga: IMS 2020: Berpotensi Jadi Bisnis Besar, WIKA Incar Proyek Air Minum

5. WIKA kerjakan proyek air minum. Ceritanya gimana sih, Pak?

Mengintip Pembangunan di Indonesia Timur dari Kacamata Bos WIKAIDN Times/Kevin Handoko

Potensi bisnis di Indonesia luar biasa besar. Komoditi dari mulai beras, daging, dan sebagainya, turnover setahun Rp770 triliun. Di Indonesia itu baru terakses 47,2 persen air bersih dari seluruh penduduk Indonesia. WIKA menuju ke sana karena WIKA umurnya 60 tahun.

Ke depan, company ingin sustain, jadi kita bekerja di jasa konstruksi umurnya sudah 60 tahun. Sekarang kita naikkan ke step berikutnya, sehingga masuk ke investasi. Investasi tengah mem-bidding ke jasa konstruksi.

52 persen air minum yang belum terakses adalah potensi bisnis besar WIKA untuk mendapatkan income ke depan. Pasar besar sekali. Penduduk Indonesia 2030 kira-kira 301 juta orang dan itu baru aksesnya 47 persen, yang 53 persen itu bukan bisnis kecil. Kalau satu meter kubik bayar air 100 perak aja dikalikan berapa, itu luar biasa besar.


IMS 2020 menghadirkan 131 pembicara kompeten di berbagai bidang, dari politik, ekonomi, bisnis, olahraga, budaya, lintas agama, sosial, lingkungan sampai kepemimpinan millennial.

Terdapat beberapa stage yang menampilkan pembicara berpengalaman di bidangnya masing-masing. Mulai dari stage Visionary Leaders, Future is Female, Talent Trifecta dan Hijrah.

Baca Juga: IMS 2020: Dirut WIKA Tumiyana, Senang Investasi Sapi Dibanding Saham

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya