Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu (ANTARA/Agatha Olivia Victoria)
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu (ANTARA/Agatha Olivia Victoria)

Intinya sih...

  • Ekspor berpeluang meningkat dengan tarif impor yang diturunkan menjadi 19 persen, memungkinkan produk Indonesia lebih kompetitif di pasar internasional.

  • Ekspor alas kaki, furniture, dan komoditas unggulan lainnya diproyeksikan mengalami peningkatan signifikan ke Amerika Serikat.

  • Stimulus pengurangan bea masuk dan pajak untuk AS tidak signifikan mempengaruhi penerimaan fiskal negara, hanya sekitar 2-3 persen dari total nilai impor Indonesia dari Amerika.

Jakarta, IDN Times – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) optimistis pertumbuhan ekonomi pada semester II 2025 bisa mencapai 5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Optimisme ini ditopang oleh sejumlah perjanjian perdagangan yang berhasil disepakati pemerintah.

Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, mengatakan salah satu kesepakatan yang berhasil dicapai adalah hasil negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS), di mana tarif impor diturunkan menjadi 19 persen.

Selain itu, Indonesia juga telah menandatangani Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Kesepakatan dagang dengan dua kawasan ekonomi besar yang mencakup pasar sekitar 800 juta jiwa ini dinilai menjadi sentimen positif, terutama setelah ketidakpastian global yang terjadi pada paruh pertama tahun ini.

"Dengan adanya hasil negosiasi tarif dari 32 persen menjadi 19 persen, kami melihat ekspor Indonesia pada paruh kedua tahun ini akan lebih tangguh (resilient), sehingga peluang pertumbuhan ekonomi menuju sekitar 5 persen cukup terbuka," kata Febrio, dikutip Selasa (22/7/2025).

1. Ekspor berpeluang meningkat

Infografis Tarif Ekspor RI ke AS Salah Satu Terendah di ASEAN (IDN Times/Aditya Pratama)

Febrio menjelaskan peluang ekspor Indonesia semakin membaik karena tarif 19 persen yang dikenakan terhadap produk Indonesia lebih rendah dibanding tarif untuk negara lain. Dengan tarif yang lebih kompetitif, produk ekspor Indonesia diharapkan semakin menarik di pasar internasional.

Di sisi lain, hasil negosiasi IEU-CEPA tak hanya berdampak positif terhadap perdagangan, tetapi juga berpotensi meningkatkan investasi Uni Eropa ke Indonesia. "Ini adalah momentum yang akan kami manfaatkan untuk mendorong kinerja ekonomi di paruh kedua 2025," ujar Febrio.

2. Ekspor alas kaki, furniture diproyeksi alami peningkatan

Infografis perundingan tarif resiprokal AS (IDN Times/Aditya Pratama)

Beberapa komoditas ekspor unggulan Indonesia ke AS antara lain perangkat jaringan komputer (seperti router elektronik), tekstil, alas kaki, dan furnitur. Dengan tarif yang diturunkan menjadi 19 persen, ekspor produk-produk ini diharapkan meningkat signifikan.

“Pertumbuhan ekspor ke Amerika Serikat yang sudah mencatatkan pertumbuhan double digit di paruh pertama 2025 diharapkan bisa berlanjut pada paruh kedua. Ini adalah kabar positif, dan kami ingin memaksimalkan momentum tersebut,” ujar Febrio.

3. Pengurangan bea masuk dan pajak untuk AS tak signifikan pengaruhi penerimaan

Kebijakan Bea Masuk Barang Kiriman PMI. (Dokumentasi/Triyan Pangastuti IDN Times).

Dalam proses negosiasi dagang, Indonesia juga menawarkan insentif berupa pengurangan pajak dan bea masuk. Namun, Febrio menegaskan bahwa pemberian insentif ini tidak akan membebani fiskal negara.

“Itu tidak signifikan. Efektivitasnya terhadap anggaran hanya sekitar 2–3 persen dari total nilai impor Indonesia dari Amerika. Jadi, dampaknya terhadap fiskal relatif kecil,” tegas Febrio.

Editorial Team