ilustrasi rincian tarif timbal balik Trump (work prepared by an officer or employee of the United States Government, Public domain, via Wikimedia Commons)
Dengan adanya tarif Trump, J.P. Morgan Research merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) dan inflasi AS. Ekonomi AS diperkirakan akan turun menjadi 1,3 persen. Sementara inflasi harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) naik menjadi 2,7 persen, sedangkan inflasi inti menningkat menjadi 3,1 persen.
Bank investasi asal AS itu menurunkan estimasi pertumbuhan PDB riil 2025 karena meningkatnya ketidakpastian kebijakan perdagangan, dampak tarif yang berlaku, dan tindakan pembalasan oleh mitra dagang AS. Pertumbuhan PDB riil kini diperkirakan mencapai 1,6 persen untuk 2025, turun 0,3 persen dari estimasi sebelumnya.
Pertumbuhan dan inflasi yang memburuk membuat Federal Reserve (the Fed) menghadapi dilema yang menantang. Kepala ekonom AS di J.P. Morgan, Michael Feroli mengatakan, lingkungan bisnis yang lebih menantang akan meningkatkan kemungkinan memburuknya pasar tenaga kerja, yang pada akhirnya memungkinkan bank sentral AS itu kembali menaikkan suku bunganya.
"Meningkatnya ketidakpastian kebijakan perdagangan akan membebani pertumbuhan aktivitas, khususnya untuk belanja modal. Ditambah lagi, tarif yang telah diberlakukan akan menciptakan lonjakan inflasi utama, yang mendorong kenaikan harga konsumen sebesar 0,2 poin persentase. Tarif pembalasan juga akan menghambat pertumbuhan ekspor bruto," kata Feroli.