Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pasar Saham Global dan Dolar Rontok Imbas Tarif Resiprokal Trump

ilustrasi IHSG (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Saham global anjlok dan dolar AS menyentuh titik terendah dalam enam bulan
  • Pasar Eropa dan Asia mengalami penurunan, termasuk saham teknologi yang turun drastis
  • Mata uang dolar AS melemah 1,1 persen terhadap beberapa mata uang negara lain, termasuk poundsterling

Jakarta, IDN Times - Saham global anjlok dan dolar Amerika Serikat (AS) menyentuh titik terendahnya dalam enam bulan terakhir, pasca-pengumuman kenaikan tarif impor barang yang masuk ke AS oleh Presiden Donald Trump.

Kondisi tersebut menjadi bukti bahwa kebijakan terbaru Trump dapat mengganggu rantai pasokan dan menyebabkan gejolak ekonomi di seluruh dunia.

1. Kondisi pasar saham dunia setelah pengumuman Trump

ilustrasi portofolio saham (IDN Times/Aditya Pratama)

Mengutip The Guardian, pasar Eropa dibuka lebih rendah pada Kamis (3/4/2025), setelah ramainya aksi jual di seluruh Asia. Sementara itu, pasar berjangka AS mengisyaratkan penurunan serupa saat Wall Street dibuka.

Di London, FTSE 100 turun 1,3 persen, Dax Jerman anjlok 1,6 persen, dan CAC Prancis ambruk 1,8 persen.

Longsornya sejumlah pasar saham dunia terjadi setelah adanya aksi jual besar-besaran di Asia yang beberapa negara di dalamnya terkena kenaikan tarif tertinggi di atas batas dasar 10 persen oleh AS.

Nikkei dan Topix di Jepang anjlok masing-masing 3,3 persen dan 3,5 persen setelah Trump mengenakan tarif 24 persen terhadap Negeri Sakura. Kemudian Hang Seng Hong Kong turun 1,9 persen dan pasar saham Vietnam ambruk 6,7 persen setelah dikenakan tarif 50 persen.

Sementara itu, kontrak berjangka AS juga menderita kerugian, dengan kontrak berjangka Dow jatuh sebesar 2,1 persen dan kontrak berjangka S&P 500 turun sekitar 3 persen.

Kontrak berjangka Nasdaq yang berfokus pada teknologi merupakan yang paling terpukul dari tiga pasar utama dengan penurunan 3,5 persen. Kemudian saham-saham seperti Apple, yang masih memiliki eksposur besar ke China anjlok 7 persen. Nike mengalami penurunan serupa sebesar 7,3 persen, pembuat chip AI Nvidia turun 5,6 persen, dan Tesla anjlok lebih dari 8 persen.

2. Mata uang dolar AS melemah

Infografis Daftar Tarif resiprokal Amerika Serikat yang diumumkan Presiden Donald Trump (IDN Times/Aditya Pratama)

Bukan hanya pasar saham, kebijakan terbaru Trump itu juga turut memengaruhi mata uang dolar AS. The Guardian menuliskan, mata uang dolar AS rata-rata melemah 1,1 persen terhadap beberapa mata uang negara lain, termasuk poundsterling.

Mata uang Inggris tersebut menguat 0,9 persen menjadi di atas 1,31 dolar AS per poundsterling.

Manajer Portofolio di Janus Henderson Investors, Adam Hetts mengatakan, pasar tidak akan tenang dalam waktu dekat.

"Tarif yang sangat tinggi di tiap negara menandakan 'taktik negosiasi', yang akan membuat pasar gelisah di masa mendatang. Untungnya, ini berarti ada ruang yang cukup besar untuk tarif yang lebih rendah dari sekarang, meskipun dengan dasar 10 persen," kata Hetts, dikutip dari The Guardian, Kamis sore.

"Kita telah melihat bahwa pemerintah memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap penderitaan pasar, sekarang pertanyaan besarnya adalah seberapa besar toleransinya terhadap penderitaan ekonomi yang sesungguhnya saat negosiasi berlangsung,” tambahnya.

3. Harga minyak turun dan meningkatnya minat investor ke aset aman

ilustrasi emas (IDN Times/Aditya Pratama)

Di sisi lain, harga minyak dunia mengalami penurunan. Satu barel minyak mentah Brent dihargai 72,5 dolar AS atau turun 3,3 persen di tengah kekhawatiran investor terhadap tarif yang besar akan memicu resesi global sehingga melemahkan permintaan energi.

Di tengah kekhawatiran itu, para investor berbondong-bondong beralih ke aset aman atau safe haven seperti emas yang harganya pada Rabu (2/4/2025) malam mencapai rekor tertinggi 3.167,5 dolar AS per troy ons.

"Tarif yang diumumkan pagi ini jauh melampaui ekspektasi dan jika tidak segera dinegosiasikan, ekspektasi terjadinya resesi di AS akan meningkat drastis," kata Analis pasar IG, Tony Sycamore.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us