Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kapan Harga BBM Subsidi Naik? Airlangga: Kita Tunggu Saja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (5/8/2020) (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto masih enggan menjawab soal rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Saat ditanya kapan harga Pertalite dan Solar naik, Ketum Golkar ini minta tunggu saja.

"Kita tunggu saja (kapan diumumkan kenaikan harga BBM subsidi)," kata Airlangga ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (2/9/2022).

1. Jokowi hari ini terima hitung-hitungan kenaikan harga BBM subsidi

Presiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengatakan hari ini menerima laporan dari jajarannya mengenai kalkulasi kenaikan harga BBM bersubsidi. Meski demikian, dia masih enggan menyampaikan kapan harga BBM bersubsidi naik.

"Untuk (kenaikan harga) BBM-nya semuanya masih dikalkulasi dan hari ini akan disampaikan kepada saya mengenai hitung-hitungan dan kalkulasinya," ujar Jokowi dalam keterangannya saat kunjungan kerja di Maluku, Jumat (2/9/2022).

2. Hitungan harga keekonomian BBM subsidi

ilustrasi BBM (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi BBM (IDN Times/Aditya Pratama)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan, harga jual Solar yang saat ini ditetapkan Rp5.150 per liter, disubsidi Rp8.800 per liter karena harga yang seharusnya adalah Rp13.950 per liter.

Sedangkan Pertalite yang seharusnya adalah Rp14.450 per liter, dijual Rp7.650 per liter sehingga selisih Rp6.800 per liter dikompensasi oleh APBN.

"Rakyat yang mengonsumsi dan menggunakan Pertalite setiap liternya mendapatkan subsidi Rp6.800," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Jumat (26/8/2022).

Namun, belum diketahui seberapa besar kenaikan harga BBM subsidi. Harga keekonomian di atas bukan rujukan bahwa harga Pertalite dan Solar akan naik ke harga keekonomian.

3. APBN tak kuat menambah belanja subsidi BBM

Ilustrasi APBN. (IDN Times/Aditya Pratama)

Sri Mulyani menjelaskan bahwa APBN memang mendapatkan tambahan penerimaan sekitar Rp420 triliun berkat kenaikan harga komoditas yang diekspor oleh Indonesia. Namun, itu pun tidak akan cukup untuk menanggung beban subsidi dan kompensasi.

"Inilah situasi dari APBN kita. Jadi di satu sisi dengan penerimaan negara yang nambah Rp420 triliun pun yang kita pakai semua untuk subsidi tadi ya, untuk energi: Pertalite, Solar, dan kemudian LPG 3 kg, dan listrik itu gak akan mencukupi. Seluruh windfall profit yang dipakai, dipakai semuanya, tidak akan mencukupi karena akan habis," tuturnya.

Saat ini, APBN memang masih mencatatkan surplus. Namun, pada September nanti pemerintah akan mulai membayar tagihan subsidi dan kompensasi kepada Pertamina dan PLN. Kemungkinan, APBN akan mulai defisit.

"Jadi kalau tiap bulan saya menjelaskan APBN kita masih surplus karena tagihannya ini nanti baru akan ditagihkan ke kami pada bulan September atau Oktober, setiap 3 bulan, tagihannya yang Rp502 triliun itu baru akan datang pada saat sudah diaudit BPKP nanti sekitar bulan September," paparnya.

"Makanya nanti APBN kita akan mulai adjusted (disesuaikan) dari surplus-surplus, yang kelihatannya kita punya surplus akan langsung habis aja untuk membayar itu," tambahnya.

Share
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us