Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Kebijakan tarif impor resiprokal yang akan meningkatkan harga barang-barang di AS sekaligus melemahkan daya beli masyarakat AS. Hal itu pun direspons negatif oleh saham-saham perusahaan AS. Lagi-lagi, menurut JK kondisi itu justru merugikan AS sendiri.
“Karena itu kenapa turun itu saham, sahamnya Microsoft, sahamnya, turun semua saham. Karena nanti pengusaha Amerika sendiri. Dan di dunia ini yang kena juga Amerika,” ucap JK.
Meski harga barang naik, menurutnya konsumsi barang-barang yang diimpor AS dari berbagai negara tak akan berhenti.
“Karena tidak mungkin Amerika berhenti beli baju. Tidak mungkin berhenti beli sabun. Tidak mungkin berhenti beli sawit. Tidak mungkin berhenti beli sepatu. Tidak mungkin berhenti beli spare part,” ujar JK.
Oleh sebab itu, menurutnya AS akan mengeluarkan kebijakan lain untuk menjaga daya beli masyarakat. Misalnya dengan menurunkan pajak, atau perusahaan melakukan efisiensi biaya operasional demi mencegah lonjakan harga.
“Maka mungkin mereka, pasti mereka akan efisienkan. Pasti mereka mengurangi mungkin iklannya, atau apanya, pegawainya, sehingga mereka bisa hemat 5 persen, pasti itu, karena mereka yang mahal apa? Logistik, toko, ya pasti diefisienkan itu supaya jangan kehilangan konsumen,” tutur JK.