area penambangan PT Vale (vale.com)
PT Vale Indonesia melakukan penambangan dengan sistem penambangan terbuka (open-cast mining). Artinya, ini melibatkan pembabatan vegetasi dan penghilangan lapisan atas tanah untuk mengambil sumber daya (bijih nikel) yang diperlukan. Menariknya, PT Vale tidak melakukan penambangan secara bersamaan pada lahan yang telah dibuka, melainkan dilakukan penambangan secara progresif dan terintegrasi.
Penambangan progresif dan terintegrasi PT Vale dilakukan dengan cara menambang secara bertahap pada beberapa bagian area lahan. Setelah lahan pertama selesai dilakukan penambangan, segera dilakukan proses reklamasi atau revegetasi, dan berpindah ke area lainnya. Jadi, proses reklamasi dan penambangan dilakukan secara berdampingan, tidak menunggu semua area konsesi penambangan ditutup terlebih dahulu.
Sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menciptakan penambangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sistem penambangan PT Vale ini dapat meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih besar, seperti erosi dan sedimentasi. Hal ini juga dapat membatasi jumlah bukaan lahan yang memungkinkan potensi bahaya lebih serius, seperti kontaminasi bahan kimia ke lingkungan. Jika lahan yang ditambang segera dilakukan revegetasi, ini juga dapat meningkatkan serapan karbon lebih cepat.
Untuk pengangkutan hasil tambang, PT Vale juga tidak hanya mengandalkan operasional dump truck, melainkan juga menggunakan teknologi modular screening station (MSS). Penggunaan teknologi MSS ini dapat memangkas jarak tempuh dump truck dan menekan konsumsi bahan bakar diesel yang digunakan oleh truk pengangkut tersebut. Dengan begitu, ini bisa meminimalisasi jumlah polusi dan emisi karbon yang dihasilkan. PT Vale sendiri memperkirakan inisiatif ini dapat menekan emisi karbon hingga 3,139 ton CO2e.
Saat ini, PT Vale juga memulai uji coba mengoperasikan dump truck berbahan bakar 100 persen listrik. Penggunaan armada ini diharapkan dapat menurunkan lebih banyak emisi karbon dan polusi lingkungan. Itu karena truk listrik tidak menghasilkan CO2 dan kebisingan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar. Anyway, PT Vale adalah perusahaan tambang pertama yang menguji kendaraan listrik untuk kegiatan pertambangan di Indonesia.
Memasuki proses produksi, bijih nikel laterit yang ditambang oleh PT Vale akan melalui beberapa tahap pemrosesan, yaitu pengeringan (drying), kalsinasi, peleburan (smelting), dan peningkatan kadar nikel (converting). Tahapan-tahapan ini dapat menimbulkan berbagai polusi dan emisi, seperti debu dan senyawa kimia sulfur dioksida (SO2). Senyawa dan partikel-partikel ini sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar, terlebih dalam jumlah besar.
Untuk mengendalikan emisi debu, PT Vale memasang instalasi baghouse system pada tanur pelebur dan electrostatic precipitator system pada tanur pereduksi serta pengering. Dilansir laman CPE Filters dan Science Direct, kedua alat tersebut memiliki efisiensi yang tinggi dalam menyaring debu hingga lebih dari 99 persen. Dengan alat ini, PT Vale melaporkan dapat menekan emisi debu hingga <0,22 mg/Nm3, memenuhi baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
Sementara itu, untuk mengendalikan emisi sulfur dioksida, PT Vale melakukan efisiensi terhadap penggunaan sulfur melalui teknologi electric boiler (boiler listrik). Teknologi ini merupakan peralihan inovatif PT Vale dari penggunaan boiler tradisional berbahan bakar diesel dan marine fuel oil (MFO) serta ketergantungan dari sumber daya tak terbarukan. Menurut laporan dari laman YouTube Vale, penggunaan boiler listrik berhasil menghindari konsumsi bahan baku high-sulfur fuel oil (HSFO) sebesar 59.199 barel, yang setara dengan pengurangan emisi karbon sebesar 28,331 ton CO2e.
Melalui efisiensi penggunaan sulfur dalam proses produksi ini, PT Vale juga berhasil mengendalikan emisi sulfur hingga kurang dari 0,86 KgSO2/KgNi, memenuhi baku mutu pemerintah. Selain itu, inisiatif berkelanjutan ini juga dilaporkan mampu menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 19.490 tCO2e, yang merupakan masalah terbesar dalam industri pertambangan. Tentu saja, angka ini bukan hanya sekadar statistik, melainkan dampak positif untuk masa depan yang berkelanjutan.
Hal paling menarik dari semua inovasi PT Vale ialah pemanfaatan sumber daya terbarukan berupa pengoperasian pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dalam operasionalnya. Industri ini mengolah limpahan air dari alam menjadi sumber energi listrik yang digunakan sebagai sumber energi utama pada proses produksi bijih nikel dan pengoperasian pertambangan. PLTA ini menyuplai hampir 94 persen kebutuhan energi PT Vale.
Seperti yang kita tahu, industri ekstraktif, seperti pyrometallurgy (pemurnian logam dari bijih) yang dilakukan oleh PT Vale membutuhkan energi yang sangat besar. Pemanfaatan sumber daya terbarukan seperti PLTA ini dapat menekan penggunaan energi berbahan bakar fosil dan merupakan solusi energi bersih yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dilansir laman Wisconsin Valley Improvement Company, pemanfaatan tenaga air mencegah pembakaran 22 miliar galon minyak atau 120 juta ton batu bara setiap tahunnya. Selain itu, energi dari PLTA juga tidak menghasilkan gas rumah kaca, polusi udara, maupun limbah.
Masih dari laman yang sama, energi terbarukan dari PLTA juga lebih efisien untuk menghasilkan listrik. Turbin hidro modern dapat mengubah hingga 90 persen energi yang tersedia menjadi listrik. Sementara itu, pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil terbaik hanya memiliki efisiensi sekitar 50 persen, sementara emisi yang dihasilkan juga lebih besar.
Saat ini, PT Vale mengoperasikan tiga PLTA, yakni PLTA Larona, PLTA Balambano, dan PLTA Karebbe. Adapun, masing-masing menyediakan energi sebesar 165 megawatt (MW), 110 MW, dan 90 MW dengan total kapasitas energi yang tersedia mencapai 365 MW. Menurut laporan yang dihimpun dari laman Vale, pemanfaatan sumber energi listrik dari PLTA ini membantu pabrik menekan emisi karbon kurang lebih 1 juta ton CO2e per tahun.
Selain pemanfaatan PLTA, sejak 2023, PT Vale juga melakukan uji coba penggunaan biomassa untuk sumber energi terbarukan lainnya. Biomassa ini menggantikan penggunaan reduktor di kiln proses produksi nikel. Inovasi ini menambah daftar panjang komitmen PT Vale dalam mendukung upaya pertambangan yang berkelanjutan.