Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

KSPN: Bukan Antusiasme Tinggi, Ricuh Job Fair karena Tekanan Kebutuhan

Ilustrasi para pencari kerja di Indonesia. Dok. Humas Pemkot Bandung
Intinya sih...
  • Kericuhan di Job Fair "Pasti Kerja" Bekasi disebabkan oleh kebutuhan masyarakat terhadap pekerjaan, bukan sekadar mengikuti bursa kerja.
  • Pencari kerja rela datang sejak subuh tanpa sarapan, harus panas-panasan, dan antre demi mendapatkan peluang pekerjaan yang semakin sulit.

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi menganggap alasan pemerintah terkait tingginya antusiasme pencari kerja sebagai pemicu kericuhan di Job Fair "Pasti Kerja" Bekasi tidak tepat.

Menurut Ristadi, kerumunan dan insiden pada momen tersebut justru terjadi karena kebutuhan masyarakat terhadap pekerjaan, bukan sekadar mengikuti bursa kerja.

"Korban-korban PHK ini sulit untuk masuk kerja. Angkatan kerja baru saja kemarin di Bekasi setengah mati, sampai gontok-gontokan," kata Ristadi, dikutip Senin (2/6/2025).

1. Masyarakat sangat butuh pekerjaan

Ribuan peserta pencari kerja padati job fair di Kabupaten Bekasi. (instagram/InfoBekasi)

Ristadi mengatakan, para pencari kerja rela datang sejak subuh tanpa sarapan, harus panas-panasan, dan antre demi mendapatkan peluang pekerjaan yang semakin sulit.

"Pemerintah enteng-enteng saja (bilang) itu karena antusiasme yang tinggi. Bukan karena antusiasme tinggi, itu karena tertekan kebutuhan. Sudah lama lulus sekolah, sudah lama lulus kuliah gak dapat-dapat pekerjaan," tutur Ristadi.

2. Respons Kemnaker atas ricuh job fair di Bekasi

Kantor Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) di Jakarta. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyampaikan respons atas terjadinya kericuhan dalam kegiatan job fair atau bursa yang diselenggarakan di President University, Bekasi, beberapa waktu lalu.

Kemnaker pun mengapresiasi Pemda Kabupaten Bekasi yang telah berinisiatif menggelar job fair, tetapi berharap adanya evaluasi terhadap penyelenggaraannya agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

"Kami memahami tingginya antusiasme masyarakat dalam mencari peluang kerja dan melihat peristiwa ini sebagai cerminan bahwa kebutuhan terhadap informasi dan akses kerja masih sangat besar, sehingga penyelenggaraan job fair harus direncanakan dengan matang dan sebaik mungkin," kata Kepala Biro Humas Kemnaker, Sunardi Manampiar Sinaga.

3. Angkatan kerja baru terus bertambah

Lautan Manusia di Jobfair di President University (https://x.com/puongs737rk8)

Sunardi menambahkan, tingginya animo masyarakat terhadap job fair sangat bisa dimengerti, terutama dari kalangan angkatan kerja baru seperti lulusan SMA/SMK maupun perguruan tinggi, serta masyarakat yang belum bekerja atau sedang mencari pekerjaan kembali pasca resign atau mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Job fair merupakan salah satu bentuk fasilitasi pemerintah dalam mempertemukan para pencari kerja dengan perusahaan penyedia lapangan kerja di satu tempat. Oleh karena itu, tentu penyelenggaraannya harus dirancang secara baik dan tertib," ujar dia.

Kemnaker mencatat, angkatan kerja Indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2025, jumlah angkatan kerja mencapai lebih dari 149 juta orang, meningkat sekitar 2 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya.

"Pertumbuhan ini utamanya disumbang oleh lulusan baru dari tingkat SMA/SMK hingga perguruan tinggi," kata Sunardi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us