Sanksi Barat Gak Mempan, Rusia Tetap Cuan dari Ekspor Migas

Keuntungan dari ekspor migas Rusia naik hampir 2 kali lipat

Jakarta, IDNTimes - Akibat invasinya ke Ukraina, Rusia harus menerima sanksi bertubi-tubi dari negara-negara barat, terutama sanksi ekonomi. Sanksi ekonomi ini diharapkan dapat memukul perekonomian Rusia sehingga membuat Rusia kesulitan membiayai invasinya di Ukraina. Salah satunya adalah dengan berusaha mengurangi bahkan memutus impor migas dari Rusia yang merupakan salah satu sumber pendapatan utama Rusia.

Namun, nyatanya pendapatan Rusia dari ekspor migasnya malah meningkat hingga hampir dua kali lipat. Menurut analisis berdasarkan pergerakan pengiriman dan kargo oleh Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), Rusia tercatat telah menerima total 62 miliar euro dari kegiatan ekspor migasnya selama dua bulan sejak awal invasi, dilansir The Guardian.

Baca Juga: Usai Putus dari Rusia, Polandia-Bulgaria Klaim Pasokan Gas Tetap Aman

1. Dilema impor migas Rusia ke Uni Eropa

Sanksi Barat Gak Mempan, Rusia Tetap Cuan dari Ekspor MigasIlustrasi Bendera Uni Eropa. (unsplash.com/Christian_Lue).

Dari total 62 miliar euro pendapatan migas Rusia, 44 miliar euro di antaranya berasal dari perdagangan dengan negara-negara Uni Eropa. Angka ini naik hampir dua kali lipat dari total tahun lalu yang hanya 140 miliar euro atau 12 miliar euro per bulan.

Walaupun negara-negara eropa berusaha mengurangi impor migas dari Rusia dengan penerapan sanksi, hal ini hanya akan membuat harga gas Rusia melonjak. Hal ini dikarenakan Rusia cukup mendominasi dalam pasokan migas global.

Menurut analisis CREA, pengiriman minyak mentah dari Rusia ke pelabuhan asing turun 30 persen dalam tiga minggu pertama April, dibandingkan dengan tingkat pada Januari dan Februari, sebelum invasi. Namun, harga migas yang semakin mahal malah membuat pendapatan Rusia dari ekspor migasnya tetap meningkat walaupun didera berbagai sanksi dari Uni Eropa.

Baca Juga: Lithuania Jadi Negara UE Pertama yang Blokir Gas Rusia

2. Jerman pengimpor utama migas Rusia

Jerman tercatat sebagai importir terbesar migas dari Rusia. Selama dua bulan terakhir semenjak invasi Rusia ke Ukraina dimulai, Jerman telah membayarkan sebesar 9 miliar euro untuk impor migas dari Rusia. Padahal pemerintah Jerman telah berjanji untuk mengusahakan embargo terhadap migas Rusia.

Selain Jerman, terdapat Italia dan Belanda yang juga memiliki nilai impor migas Rusia terbesar. Dalam dua bulan terakhir, Italia tercatat telah membayarkan 6,8 miliar euro untuk migas Rusia. Sedangkan Belanda mennghabiskan 5,6 miliar euro untuk mengimpor migas Rusia.

“Dua bulan setelah Putin menginvasi Ukraina, Jerman masih mendanai mesin perang Rusia hingga 4,5 miliar euro per bulan. Berlin adalah pembeli terbesar bahan bakar fosil Rusia,” kata Bernice Lee, direktur penelitian di lembaga think tank Chatham House, dilansir The Guardian.

“Dunia mengharapkan Jerman dapat menunjukkan kekuatan dan tekad terhadap Rusia, tetapi sebaliknya mereka malah membiayai perang dan memblokir embargo Eropa terhadap minyak Rusia,” tambahnya.

3. Rusia disebut melakukan pemerasan 

Pada Rabu (27/4/2022), Rusia memutuskan untuk menghentikan sementara suplai gas ke Polandia dan Bulgaria. Perusahaan energi Rusia, Gazprom, menyatakan bahwa pemutusan pasokan gas ini dikarenakan perusahaan PGNiG milik Polandia dan Bulgargaz milik Bulgaria, menolak untuk membayar gas Rusia dengan rubel, dilansir CNN.

Keputusan ini kemudian dikecam oleh para pemimpin negara eropa dan menyebut Rusia melakukan pemerasan. Menanggapi hal ini, Prancis berencana akan menyelenggarakan pertemuan para menteri energi Uni Eropa pada 2 Mei untuk membahas bagaimana menghadapi tindakan Rusia tersebut, dilansir Reuters.

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya