Usai Putus dari Rusia, Polandia-Bulgaria Klaim Pasokan Gas Tetap Aman
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Para pejabat Polandia mengklaim bahwa negara itu memiliki cadangan gas yang cukup, usai keputusan untuk menghentikan pasokan gas alam dari Rusia. Pemerintah Bulgaria juga memberikan pesan dengan nada serupa bahwa pasokan gas mereka aman.
Menteri Iklim Polandia, Anna Moskwa mengklaim cadangan gas Polandia penuh sebesar 76 persen. Dia mengatakan secara efektif, Polandia sudah tidak bergantung dari Rusia selama bertahun-tahun.
“Tidak akan ada kekurangan gas di rumah-rumah Polandia,” kata Anna melalui akun Twitter miliknya. "Polandia memiliki cadangan gas yang diperlukan dan sumber pasokan yang melindungi keamanan kami."
Pemerintah Bulgaria juga mengatakan telah mengamankan pasokan gas alternatif dan tidak akan ada pembatasan konsumsi domestik di negaranya. Artinya, kemungkinan harga gas di kedua negara tersebut masih dapat dikontrol, tulis Al Jazeera.
Baca Juga: Rusia Hentikan Pasokan Gas ke Bulgaria dan Polandia
1. Polandia & Bulgaria menolak untuk membayar dengan rubel sesuai kesepakatan Uni Eropa
Pejabat Polandia dan Bulgaria mengatakan Rusia telah menghentikan pengiriman gas ke negara mereka pada hari Rabu (27/04/2022). Hal tersebut merupakan konsekuensi dari penolakan Polandia dan Bulgaria untuk membayar dalam rubel Rusia.
PGNiG milik negara Polandia, mengutip kebijakan perusahaan energi Rusia Gazprom, mengatakan penangguhan akan mulai berlaku pada pukul 8 pagi waktu setempat (06:00 GMT). Perusahaan Gazprom dikabarkan telah mengirimkan surat resmi terkait penangguhan tersebut ke Bulgaria dan Polandia.
Baca Juga: Tolak Bayar Pakai Rubel, Rusia Potong Pasokan Gas ke Dua Negara UE
2. Polandia dan Bulgaria jadi korban pertama kebijakan Vladimir Putin bulan Maret 2022 lalu
Editor’s picks
Penangguhan gas menuju Polandia dan Bulgaria merupakan kasus pertama sejak pengumuman Putin bulan Maret lalu bahwa "pembeli asing yang tidak ramah" harus bertransaksi dengan Gazprom dalam rubel.
Sebelumnya, para pemasok minyak dan gas Rusia bisa melakukan pembayaran dengan dolar atau euro. Terkait kebijakan tersebut, hanya Hungaria yang setuju untuk melakukannya diantara negara-negara Uni Eropa lainnya, dilansir Al Jazeera.
Sedangkan negara-negara Uni Eropa lainnya menolak permintaan tersebut karena hal tersebut dianggap sebagai pelanggaran kontrak sepihak yang tidak dapat diterima. Jika pengiriman dihentikan ke negara lain juga, itu dapat menyebabkan kesulitan ekonomi di Eropa, mendorong harga gas alam naik dan mungkin mengarah pada pembatasan.
Di sisi lain, jika Rusia terus melakukan kebijakan ini, harga minyak Rusia menjadi anjlok. Rusia diketahui sudah menjalin kerja sama ekspor-impor minyak dengan India walau akan terhambat oleh tekanan Amerika Serikat dan Inggris.
Baca Juga: Upaya Setop Gas Rusia, Jerman Sarankan Penduduk Berhemat
3. Harga gas di Uni Eropa melonjak 17 persen sejak invasi Rusia di Ukraina
Rusia menghentikan pasokan gas ke negara-negara yang menolak permintaan baru Presiden Vladimir Putin untuk membayar bahan bakar dalam rubel. Sebagai anggota Uni Eropa, Polandia dan Bulgaria mengacu pada kesepakatan para anggota Uni Eropa untuk menolak membayar impor minyak dan gas dari Rusia dengan Rubel.
Negara-negara Uni Eropa pada prinsipnya telah menolak permintaan tersebut tetapi sekarang tenggat waktu pembayaran mulai jatuh tempo, pemerintah di seluruh Eropa perlu memutuskan apakah akan menerima persyaratan Putin atau kehilangan pasokan penting.
Harga gas Eropa melonjak sebanyak 17 persen sejak invasi Rusia di Ukraina. "Ini adalah titik balik yang telah dipercepat oleh Rusia hari ini," kata Piotr Naimski, pejabat tinggi Polandia untuk infrastruktur energi strategis, dilansir The Straits Times.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.