Mahathir: Pemimpin yang Kuat Itu karena Didukung Rakyat

- Raih kursi jabatan dari dukungan rakyat, mencapai dua pertiga kursi di Dewan Rakyat
- Jaga demokrasi tanpa kekerasan, pentingnya pemahaman bahwa kekuasaan diperoleh melalui pemilu
- Mahathir memiliki kiprah politik yang panjang, dua kali menjabat sebagai perdana menteri dan memulai karier politiknya pada 1964
Jakarta, IDN Times - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr. Mahathir Mohamad menegaskan kekuatan seorang pemimpin seharusnya berasal dari dukungan rakyat, bukan dari tindakan penindasan.
"Ada leaders yang strong karena mereka zalim menekan. Tetapi ada leaders yang strong karena dia didukung oleh rakyat. Jadi bagi saya, apa yang saya lakukan adalah saya coba menghasilkan segalanya yang dikendaki oleh rakyat," kata Mahathir dalam dalam wawancara bertajuk Real Talk with Uni Lubis.
1. Raih kursi jabatan dari dukungan rakyat

Ia mengungkapkan selama menjabat, dukungan rakyat membuatnya mampu meraih dua pertiga kursi di Dewan Rakyat, yang memberinya legitimasi dan kekuatan dalam memimpin.
Mahathir juga menyoroti pentingnya pemahaman terhadap demokrasi. Menurutnya, demokrasi hanya bisa berjalan jika rakyat memahami bahwa kekuasaan diperoleh melalui pemilu, bukan kekerasan.
“Kalau rakyat sadar bahwa pemimpin dipilih lewat (pemilu), bukan paksaan, maka demokrasi akan berjalan baik,” katanya.
2. Jaga demokrasi tanpa kekerasan

Ia mengkritik negara-negara yang mengklaim demokrasi, namun pemimpinnya tidak mendapat dukungan rakyat. Oleh karena itu, ia mengimbau agar rakyat menjaga demokrasi dengan tidak memilih jalur kekerasan dalam menentukan pemimpin.
“Hanya namanya saja demokrasi, tapi sebenarnya bukan pilihan rakyat,” beber Mahathir menegaskan.
3. Mahathir memiliki kiprah politik yang panjang

Mahathir memiliki kiprah politik yang panjang di Malaysia. Dia sudah dua kali menjabat sebagai perdana menteri periode pertama (1981–2003) dan periode kedua (2018–2020).
Ia mengawali karier politiknya pada 1964 sebagai anggota Dewan Rakyat. Reputasinya yang baik kala itu membuatnya ditunjuk sebagai menteri untuk pertama kalinya pada 1974, dengan jabatan sebagai Menteri Pendidikan.