Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Kamis (5/12/2024). (IDN Times/Trio Hamdani)

Intinya sih...

  • Menteri Pertanian menyatakan deflasi harga beras pada November 2024 sebagai bukti peningkatan produksi pangan di tengah tantangan iklim yang tidak mendukung.
  • Produksi pertanian menunjukkan peningkatan signifikan meskipun Indonesia menghadapi El Nino dan kekeringan, berdasarkan data BPS.
  • BPS mencatat deflasi beras sebesar 0,45 persen di November 2024, terutama terjadi di wilayah sentra produksi padi dengan penurunan harga gabah yang signifikan.

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman menyatakan deflasi harga beras yang terjadi pada November 2024 menjadi bukti nyata peningkatan produksi pangan di tengah tantangan iklim yang tidak mendukung.

Dia menyebut fenomena tersebut sebagai anomali yang tidak biasa, mengingat musim paceklik biasanya diiringi dengan penurunan produksi dan kenaikan harga.

"Ada lagi yang menarik kemarin, mungkin ada yang tulis, kemarin deflasi pangan. Ini anomali juga, terjadi di saat musim paceklik," kata dia di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Kamis (5/12/2024).

1. Amran klaim upaya meningkatkan produksi berhasil

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Kamis (5/12/2024). (IDN Times/Trio Hamdani)

Amran mengungkapkan meskipun Indonesia menghadapi tantangan berat akibat fenomena El Nino yang kuat di 2024 serta kekeringan yang terjadi secara bersamaan, produksi pertanian tetap menunjukkan peningkatan signifikan.

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), Amran menyatakan bahwa produksi pertanian pada Agustus, September, dan Oktober 2024 mencatat kenaikan tajam, bahkan lebih tinggi dibandingkan saat kondisi iklim normal.

Menurutnya, hasil tersebut membuktikan bahwa strategi yang diterapkan pemerintah berjalan efektif dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

"Jadi kita sudah meyakini bahwa produksi naik dengan gerakan-gerakan kita yang kita lakukan," tuturnya.

2. Beras mencatatkan deflasi sebesar 0,45 persen

Toko Beras Sumber Raya di Pasar Induk Beras Cipinang. (IDN Times/Trio Hamdani)

BPS sebelumnya mengumumkan pada November 2024, komoditas beras mencatatkan deflasi sebesar 0,45 persen dengan kontribusi terhadap deflasi keseluruhan mencapai 0,02 persen. Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan itu terjadi di 26 provinsi.

"Deflasi terdalam terjadi di Provinsi Papua Pegunungan yang mengalami deflasi komoditas beras sebesar 4,64 persen," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/12/2024).

Dia menjelaskan berdasarkan data historis, tekanan inflasi pada komoditas beras di November cenderung lebih rendah dibandingkan dengan Oktober. Tren penurunan itu telah terjadi secara konsisten selama 3 tahun terakhir.

3. BPS sebut harga beras turun dan stok meningkat

Ilustrasi stok beras di Gudang Bulog.(IDN Times/Vadhia Lidyana)

Amalia mengungkapkan pada November 2024, sebagian besar wilayah sentra produksi padi mengalami penurunan harga. Secara nasional, penurunan harga gabah kering panen paling signifikan terjadi di Bali dan Jambi.

Penurunan di Bali disebabkan oleh peningkatan stok akibat panen di Tabanan, sementara di Jambi, stok gabah yang melimpah di penggilingan menjadi faktor utama.

Lebih lanjut, harga gabah kering giling juga mengalami penurunan, khususnya di Sumatra Barat dan Jambi. Faktor melimpahnya stok di penggilingan serta adanya panen di Jambi turut memengaruhi kondisi tersebut.

"Dengan turunnya harga gabah di tingkat petani dan banyaknya stok beras di gudang penggilingan ini tentunya yang memicu turunnya harga beras di penggilingan," tambahnya.

Editorial Team