Beras Deflasi di November, Harga Beneran Turun?

- BPS mengumumkan deflasi beras sebesar 0,45% di November 2024, dengan kontribusi terhadap deflasi keseluruhan mencapai 0,02%.
- Harga gabah turun pada November 2024, dengan penurunan GKP 1,86% mtm dan 6,18% yoy serta penurunan GKG 1,48% mtm dan 8% yoy.
- Deflasi beras menunjukkan dinamika berbeda di tingkat grosir dan eceran, sementara wilayah sentra produksi padi mengalami penurunan harga.
Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada November 2024, komoditas beras mencatatkan deflasi sebesar 0,45 persen dengan kontribusi terhadap deflasi keseluruhan mencapai 0,02 persen.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan penurunan harga tersebut terjadi di 26 provinsi.
"Deflasi terdalam terjadi di Provinsi Papua Pegunungan yang mengalami deflasi komoditas beras sebesar 4,64 persen," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/12/2024).
Dia menjelaskan berdasarkan data historis, tekanan inflasi pada komoditas beras di November cenderung lebih rendah dibandingkan dengan Oktober. Tren penurunan itu telah terjadi secara konsisten selama 3 tahun terakhir.
"Hal ini terjadi pada 3 tahun terakhir 2022 sampai dengan 2024," ujar Winny.
1. Harga gabah di petani turun di November

Harga gabah di tingkat petani pada November 2024 mengalami penurunan. Gabah kering panen (GKP) turun 1,86 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) dan 6,18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Penurunan juga terjadi pada gabah kering giling (GKG), yakni sebesar 1,48 persen secara mtm dan 8 persen secara yoy.
"Rata-rata harga beras di penggilingan pada bulan November 2024 turun sebesar 1,23 persen secara month-to-month dan sebesar 3,79 persen secara year on year," ujarnya.
2. Tingkat deflasi beras di level grosir dan eceran

Winny menjelaskan pada November 2024, deflasi beras menunjukkan dinamika yang berbeda di tingkat grosir dan eceran. Di tingkat grosir, beras mengalami deflasi sebesar 0,81 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm).
"Tetapi secara year on year mengalami inflasi sebesar 0,54 persen," paparnya.
Sementara itu, di tingkat eceran, tambah Winny, beras juga mencatat deflasi sebesar 0,45 persen secara mtm, tetapi secara yoy tetap mengalami inflasi sebesar 2,80 persen.
3. Penyebab harga mengalami penurunan

Dia mengungkapkan pada November 2024, sebagian besar wilayah sentra produksi padi mengalami penurunan harga. Secara nasional, penurunan harga gabah kering panen paling signifikan terjadi di Bali dan Jambi.
Penurunan di Bali disebabkan oleh peningkatan stok akibat panen di Tabanan, sementara di Jambi, stok gabah yang melimpah di penggilingan menjadi faktor utama.
Lebih lanjut, harga gabah kering giling juga mengalami penurunan, khususnya di Sumatra Barat dan Jambi. Faktor melimpahnya stok di penggilingan serta adanya panen di Jambi turut memengaruhi kondisi tersebut.
"Dengan turunnya harga gabah di tingkat petani dan banyaknya stok beras di gudang penggilingan ini tentunya yang memicu turunnya harga beras di penggilingan," paparnya.
Dia juga menjelaskan, beras kualitas medium dan premium mengikuti tren yang sama dengan mengalami penurunan harga.