Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menyusuri Rak Ritel Modern, Masih Terpajang Beras Diduga Oplosan

20250715_114814(1).jpg
Beras diduga oplosan di ritel modern. (IDN Times/Trio Hamdani)
Intinya sih...
  • Merek beras diduga oplosan masih terpajang di rak toko
  • Pegawai ritel tidak memiliki informasi yang jelas tentang beras tersebut
  • Pemerintah telah mengambil tindakan dengan hasil uji laboratorium menunjukkan sebagian besar beras kemasan premium tidak sesuai mutu, berat, atau harga eceran tertinggi (HET)

Jakarta, IDN Times - Rak beras premium di ritel modern selalu terlihat rapi dan meyakinkan. Kemasan plastik mengilap, nama-nama merek ternama terpajang sejajar.

Tapi siapa sangka, di balik janji mutu dan label "premium", beberapa di antaranya justru masuk daftar temuan beras yang diduga tak layak jual versi pemerintah.

IDN Times menelusuri dua gerai ritel ternama di kawasan Jakarta Timur pada Selasa (15/7/2025), setelah Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut 212 dari 268 merek beras kemasan premium tidak sesuai dengan standar mutu, berat, atau harga eceran tertinggi (HET).

Data itu mengejutkan, dan membuat IDN Times penasaran apakah merek-merek itu masih bebas dijual?

1. Masih terpajang di rak toko

20250715_114713(6).jpg
Beras diduga oplosan di ritel modern. (IDN Times/Trio Hamdani)

Gerai ritel pertama yang didatangi adalah Alfamidi di kawasan Cililitan, Kramat Jati. Saat memasuki bagian bahan pokok, rak beras langsung menyita perhatian.

Di antara barisan itu, ada tiga jenis beras premium yang disebut-sebut oplosan, yakni Raja Platinum dan Raja Ultima dari PT Belitang Panen Raya, serta Setra Ramos berlabel PT Food Station Tjipinang Jaya.

IDN Times lanjut ke toko kedua yang masih di kawasan Cililitan, Kramat Jati. Situasinya sama. Salah satu merek yang tercantum dalam daftar masih dijual bebas dan tertata baik, yakni Sania dari Wilmar Group.

2. Pegawai ritel tak tahu banyak

20250715_115726.jpg
Beras diduga oplosan di ritel modern. (IDN Times/Trio Hamdani)

Apakah toko-toko tersebut tidak tahu? IDN Times mencoba bertanya ke staf kasir dan petugas rak, namun informasi yang mereka punya samar-samar. Salah satu petugas di Alfamidi menyebut beras yang diduga oplosan sudah tidak ada.

“Yang oplosan kemarin udah nggak ada. Tinggal ini aja,” kata salah satu dari mereka.

Begitu pun petugas kasir di Indomaret menyebut beras-beras yang sementara ini diduga oplosan sudah ditarik dari rak. Namun nyatanya masih ada satu merek yang terpajang.

"Kalau yang oplosan udah ditarik semua, tapi kurang tahu semuanya," ujarnya.

3. Pemerintah sudah mengambil tindakan

20250715_114713(7).jpg
Beras diduga oplosan di ritel modern. (IDN Times/Trio Hamdani)

Konsumen umum yang datang untuk berbelanja rutin tapi tidak tahu beras yang mereka beli disebut tidak memenuhi standar tentu saja dirugikan. Label “premium” tetap menempel, padahal mutu sebenarnya masih dipertanyakan.

Menurut pernyataan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, temuan beras tidak sesuai mutu ini merupakan hasil uji laboratorium di 10 provinsi, dalam kerja sama dengan Satgas Pangan, Kejaksaan, dan Badan Pangan Nasional. Dari sana terungkap:

  • 85,56 persen beras kemasan premium tidak sesuai mutu

  • 59,70 persen tidak sesuai berat bersih

  • Sebagian besar melampaui harga eceran tertinggi (HET)

“Kami sudah telpon Pak Kapolri dan Jaksa Agung. Hari ini juga kami serahkan seluruh data dan temuan lengkap. Negara tidak boleh kalah dengan mafia pangan,” kata Amran belum lama ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us