Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi Iran vs Israel (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • Pasar modal Indonesia dan IHSG masih fluktuatif karena kondisi geopolitik dunia, terutama konflik Iran dan Israel.
  • Perusahaan komoditas saat ini lebih volatile akibat isu geopolitik, seperti harga nikel yang naik turun.

Jakarta, IDN Times - Senior Banker DBS Bank, Rudy Tandjung menyebut, pasar modal Indonesia dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan bergerak fluktuatif dalam momen-momen seperti sekarang.

Kondisi geopolitik dunia saat ini terutama konflik Iran dan Israel menjadi penyebab pergerakan fluktuatif IHSG.

"Pasti ada fluktuasi, apalagi geopolitik segala macam, tapi kalau kita lihat fundamental sekarang, komoditas yang menjadi andalan utama di IHSG, kita kan semua sekarang naik seperti batu bara, nikel dan segala macam," kata Rudy kepada IDN Times di Jakarta, Jumat (18/4/2024).

1. Pasar saat ini gampang bergejolak

ilustrasi nikel (unsplash.com/Crystal Kwok)

Rudy menyatakan, hal itu menjadi perbedaan antara perusahaan komoditas dulu dan sekarang. Perusahaan komoditas dulu disebut Rudy jauh lebih stabil dan tidak banyak naik turun melalui situasi global yang terjadi.

"Tapi sekarang isu sedikit saja, misalnya isu mobil listrik China memakai teknologi non-nikel, (harga) nikel turun. Misalnya sekarang isu perang Iran-Israel, tahu-tahu harga nikel naik. Jadi isu sedikit saja turun naiknya tuh volatile banget. Dulu kan gak begitu," tutur Rudy.

Hal itu terjadi karena geopolitik dan ekonomi global semakin saling ketergantungan satu sama lain. Sementara dulu, ketergantungan itu tidak terlalu tinggi.

2. Bank Indonesia belum akan naikkan suku bunga

gedung Bank Indonesia (instagram.com/bank_indonesia)

Rudy turut mengomentari soal nilai tukar atau kurs rupiah yang saat ini sudah menyentuh lebih dari Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Konflik yang terjadi antara Iran dan Israel semakin membenamkan mata uang rupiah terhadap dolar AS.

Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Tanah Air diharapkan bisa bersinergi dengan pemerintah untuk menstabilkan kurs rupiah. Namun, Rudy meyakini BI tidak akan menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat ini.

"Kalau BI mau naikin suku bunga kan banyak faktor ya, terutama mungkin melihat inflasi. Jadi I think a good leading indicator tuh dari inflasi. Selama inflasi masih bisa di-manage, apalagi kayaknya The Fed nggak turunin (suku bunga), ya kemungkinan BI juga gak menurunkan suku bunganya," ungkap Rudy.

3. Kondisi IHSG dan kurs rupiah akhir pekan ini

Ilustrasi penurunan (IDN Times/Arief Rachmat)

IHSG pada Jumat (19/4/2024) ditutup melemah 79,49 poin atau minus 1,11 persen pada posisi 7.087,32. IHSG ambruk di zona merah sepanjang perdagangan hari ini.

Sementara itu, kurs rupiah melemah atas mata uang dolar AS pada penutupan perdagangan akhir pekan ini. Mengutip Bloomberg, kurs rupiah ditutup melemah 81 poin atau 0,5 persen ke Rp16.260 per dolar AS sore ini.

Pelemahan yang terjadi pada IHSG dan kurs rupiah terjadi saat munculnya ledakan di Iran yang disinyalir sebagai serangan balik dari Israel.

Editorial Team