Ilustrasi APBN (IDN Times/Arief Rahmat)
Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Luky Alfirman mengatakan, perlambatan realisasi belanja K/L disebabkan adanya ketimpangan antara kecepatan pembangunan fisik di lapangan dan proses penyerapan anggaran.
Menurut Luky, banyak proyek fisik yang berjalan lambat, sehingga anggaran yang telah dialokasikan belum bisa dicairkan sesuai jadwal. Hal ini berdampak pada rendahnya serapan belanja negara di sektor-sektor strategis.
“Perlambatan ini utamanya disebabkan oleh gap antara progres pembangunan fisik dengan penyerapan anggaran. Artinya, fisiknya belum selesai, sehingga anggarannya belum bisa dicairkan,” ujar Luky.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Kemenkeu membentuk tim monitoring khusus yang bertugas mengawal rencana penyerapan dana oleh K/L secara intensif selama tiga bulan terakhir. Tim ini melakukan evaluasi rutin terhadap realisasi anggaran, serta berupaya mengidentifikasi kendala yang dihadapi masing-masing kementerian dan lembaga.
“Intinya, kami berusaha melihat bersama-sama apa saja permasalahan yang dihadapi K/L, lalu kami dampingi dan bantu mencari solusinya,” ucap Luky.
Sebagai informasi, belanja K/L itu digunakan untuk berbagai program, seperti penyaluran bantuan sosial berupa Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional (PBI JKN) untuk 96,7 juta peserta, Program Keluarga Harapan (PKH) untuk 10 juta keluarga penerima manfaat (KPM), serta Kartu Sembako untuk 18,3 KPM, serta Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah yang diterima oleh 12,2 juta siswa