Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penggunaan Timbal Berbahaya! Kemenko Marves Minta Industri Hijrah

pixabay.com/wilhey

Jakarta, IDN Times - Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengingatkan bahaya penggunaan timbal (Pb) di sektor industri, terkhusus yang bersentuhan langsung dengan manusia.

Bahaya timbal dikampanyekan dalam seminar nasional yang diinisiasi PT Timah Industri yang tergabung dalam Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) bersama Asean Vinyl Council (AVC).

Asisten Deputi Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Marves, Rofi Alhanif mengatakan, acara ini mempertemukan pemerintah dan pelaku industri.

"Dan tentu kami di Kemenko bidang Kemaritiman dan Investasi yang portofolionya adalah mengkoordinasikan, mensinergikan kebijakan, tentu ingin menggunakan kesempatan seperti ini untuk bisa bersama-sama mendiskusikan hal yang penting ini bersama sektor industri," kata dia dalam paparan seminar 'Menuju Masa Depan Lebih Hijau: Mengenal dan Mendukung Produk Nontimbal untuk Keberlanjutan Kesehatan dan Lingkungan', Kamis (19/10/2023).

1. Kesadaran pelaku industri akan bahaya timbal perlu ditingkatkan

Ilustrasi pabrik baja. (Pixabay.com/Tama66)

Ketua Panitia Seminar Nasional, Dirgahayu Maharestu mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mengkampanyekan industri nontimbal dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya produk nontimbal dalam menjaga kesehatan dan lingkungan.

"Semoga seminar nasional ini dapat menjadi langkah yang signifikan dalam mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi semua, kolaborasi industri dan pemerintah juga menjadi faktor pendukung yang penting untuk mewujudkan tujuan kita bersama," katanya Dirgahayu.

Melalui seminar ini, ingin ditekankan bahwa timbal merupakan logam berat yang dapat memiliki efek negatif pada tubuh manusia. Meningkatnya penggunaan timbal oleh manusia telah memperburuk paparan dan bahaya yang ditimbulkan.

Dia menjelaskan pula bahwa timbal terbukti memiliki efek buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan, terutama dalam air, tanah, dan udara.

"Seminar ini penting untuk mendorong penggunaan produk nontimbal sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan," ujar Dirgahayu.

2. Penggunaan timbal sebabkan kerugian puluhan miliar dolar

Ilustrasi dolar AS (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Divisi Pediatri Lingkungan di New York University mencatat, paparan timbal di Indonesia menyebabkan kerugian sekitar 37,9 miliar dolar AS.

Untuk itulah, perlu ditingkatkan kesadaran terkait paparan timbal dan dampaknya bagi lingkungan hidup serta kesehatan. Dengan begitu, upaya mencegah kontaminasi timbal dapat dilakukan.

Penggunaan timbal di Indonesia masih banyak ditemui di beberapa produk dan industri, salah satunya aki, cat besi, dan cat dinding. Patut disadari bahwa produk pipa berbahan PolyCinyl Chloride (PVC) yang mengandung campuran timbal memiliki kemungkinan lepas dalam air.

Kasus keracunan timbal secara global diperkirakan berdampak terhadap satu dari tiga anak. Sementara di Indonesia diperkirakan lebih dari 8 juta anak memiliki kadar timbal dalam darah di atas 5 mikogram per desiliter (μg/dL).

3. Pelaku industri beri respons positif

ilustrasi pabrik (unsplash.com/Tianxiang Ji)

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Inaplas Fajar Budiyono merespons positif kampanye yang dilakukan Kemenko Marves untuk penggunaan nontimbal pada industri.

"Semoga hasil dari seminar kami mendapatkan hasil yang baik untuk keberlanjutan kesehatan dan lingkungan dengan mengadaptasi nontimbal pada industri yang menghasilkan produk bagi masyarakat," ujarnya.

Seminar tersebut dihadiri oleh berbagai pihak terkait, Kemenko Marves, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Inaplas, AVC, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Mahasiswa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us