Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bank Sentral Eropa Pangkas Suku Bunga, Waspadai Dampak Perang Dagang

Christine Lagarde (MEDEF, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Christine Lagarde (MEDEF, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • ECB memangkas suku bunga acuan menjadi 2,5 persen di tengah meningkatnya keresahan terhadap potensi perang dagang global.
  • Proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa turun, dengan prediksi pertumbuhan hanya 0,9 persen untuk tahun ini dan 1,2 persen untuk 2026.

Jakarta, IDN Times – Bank Sentral Eropa (ECB) kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2,5 persen pada Kamis (6/3/2025) waktu setempat. Langkah ini diambil di tengah meningkatnya keresahan terhadap potensi perang dagang global, terutama setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, bersiap menerapkan tarif 25 persen pada seluruh barang impor dari Uni Eropa.

Presiden ECB, Christine Lagarde mengatakan, ketidakpastian kebijakan perdagangan yang tinggi menjadi salah satu faktor utama yang menghambat laju ekonomi Eropa. Meskipun inflasi di kawasan Eropa mulai mereda, lonjakan harga energi tetap menjadi ancaman yang bisa menghambat pemulihan ekonomi.

1. ECB pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi

European Central Bank (Kiefer. from Frankfurt, Germany, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
European Central Bank (Kiefer. from Frankfurt, Germany, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Dilansir dari The Guardian, ECB memangkas proyeksi pertumbuhan kawasan Eropa untuk tahun ini dan dua tahun ke depan. Perekonomian 2025 diprediksi hanya tumbuh 0,9 persen, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,1 persen. Sedangkan untuk 2026, proyeksi pertumbuhan direvisi menjadi 1,2 persen, lebih rendah dari estimasi sebelumnya sebesar 1,4 persen.

Pemangkasan ini disebabkan oleh anjloknya ekspor serta lesunya investasi akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan global. ECB menyebut ketidakstabilan ini bukan hanya dipicu oleh ancaman tarif AS, tetapi juga oleh kebijakan fiskal yang belum jelas di beberapa negara anggota zona Eropa.

Sementara itu, inflasi tahun ini justru diperkirakan naik menjadi 2,3 persen dari estimasi awal 2,1 persen, akibat melonjaknya harga energi. Inflasi sektor jasa pun mulai melandai, dengan penurunan menjadi 3,7 persen pada Februari, setelah bertahan di 3,9 persen sejak April 2024.

2. Ancaman tarif AS kian membayangi

Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)

Keputusan ECB memangkas suku bunga muncul di tengah meningkatnya ancaman proteksionisme dari AS. Trump terus melontarkan ancaman kebijakan tarif tinggi terhadap produk-produk Uni Eropa, meskipun hingga kini belum ada kejelasan mengenai sektor mana yang akan terdampak.

Lagarde memperingatkan eskalasi ketegangan perdagangan bisa semakin menekan ekonomi kawasan euro dengan memperburuk kinerja ekspor serta menekan permintaan global.

“Ketidakpastian perdagangan berpotensi menekan investasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi,” ujarnya dalam konferensi pers di Frankfurt, dikutip dari CNBC Internasional.

Selain itu, ECB juga memantau dampak dari rencana Jerman yang hendak meningkatkan belanja pertahanan. Kanselir Jerman yang akan datang, Friedrich Merz, berencana melonggarkan batasan utang negara guna memperkuat anggaran pertahanan.

Komisi Eropa bahkan telah menyusun rencana untuk meningkatkan industri pertahanan Eropa dengan dana hampir 800 miliar euro (sekitar Rp14.087 triliun), termasuk 150 miliar euro (sekitar Rp2.641 triliun) dalam bentuk pinjaman bagi negara-negara anggota.

Dampak kebijakan ini mulai terasa di pasar keuangan, dengan lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah Jerman yang memicu efek domino ke obligasi Italia dan Prancis. Tekanan ini semakin membebani beberapa negara untuk melakukan penyesuaian fiskal guna menjaga keseimbangan anggaran mereka.

3. Suku bunga dilonggarkan, tapi ruang pemangkasan makin sempit

Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain memangkas suku bunga deposito menjadi 2,5 persen, ECB juga menurunkan suku bunga utama refinancing menjadi 2,65 persen serta memangkas suku bunga fasilitas pinjaman marjinal dari 3,15 persen menjadi 2,90 persen.

Namun, perubahan bahasa dalam pernyataan resmi ECB mengisyaratkan pendekatan yang lebih hati-hati terhadap pemangkasan suku bunga berikutnya. ECB kini menyebut kebijakan moneternya menjadi kurang restriktif secara signifikan, yang menunjukkan penurunan suku bunga lebih lanjut mungkin akan berjalan lebih lambat atau bahkan dihentikan sementara.

“Para pengambil kebijakan semakin berhati-hati terhadap pemangkasan suku bunga berikutnya,” kata Jack Allen-Reynolds dari Capital Economics.

Sementara itu, analis Morgan Stanley memperkirakan ECB masih akan memangkas suku bunga pada pertemuan April dan Juni, tetapi kemungkinan besar akan menahan diri pada Juli.

Di sisi lain, nilai tukar euro menguat 0,34 persen terhadap dolar AS setelah pengumuman kebijakan ini. Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Jerman melonjak lebih dari sembilan basis poin, mengikuti tren kenaikan imbal hasil global akibat volatilitas pasar.

Dengan inflasi yang masih berada di atas target 2 persen serta ketidakpastian geopolitik yang terus meningkat, ECB harus menjaga keseimbangan kebijakan moneternya agar dapat menopang pertumbuhan tanpa memicu lonjakan harga. Lagarde menekankan bahwa keputusan selanjutnya akan bergantung sepenuhnya pada data ekonomi terbaru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us