Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Uni Eropa Ajak China Bersatu Hadapi Dampak Tarif Trump  

Ilustrasi Bendera Uni Eropa. (unsplash.com/Christian_Lue).

Jakarta, IDN Times - Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, berbicara dengan Perdana Menteri China Li Qiang pada Selasa (9/4/2025). Keduanya membahas cara mengatasi dampak tarif Amerika Serikat (AS) terhadap kedua negara.

Uni Eropa (UE) khawatir produk China yang tidak bisa masuk ke pasar AS akan dialihkan ke pasar Eropa. Hal ini bisa memperburuk kondisi ekonomi produsen Eropa yang sudah terkena dampak kebijakan tarif. Von der Leyen dan Li Qiang membahas pembentukan mekanisme bersama untuk mengawasi pengalihan perdagangan ini.

Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan tarif tambahan 34 persen untuk China, di atas tarif 20 persen yang sudah diberlakukan sebelumnya tahun ini. Jika Beijing tidak menarik kebijakan balasannya, tarif total bisa mencapai 104 persen. Sementara untuk Uni Eropa, Trump menerapkan tarif sebesar 20 persen.

1. Uni Eropa bentuk satuan tugas untuk awasi aliran produk China

Melansir Anadolu Agency, kedua pemimpin telah mendiskusikan cara melacak kemungkinan pengalihan perdagangan. Pembicaraan ini terjadi satu hari setelah kepala perdagangan UE, Maroš Šefčovič, mengumumkan pembentukan satuan tugas Eropa untuk tujuan yang sama.

"Presiden von der Leyen menggarisbawahi peran penting China dalam mengatasi masalah pengalihan perdagangan akibat tarif, terutama di sektor yang sudah terdampak kelebihan kapasitas global," tulis Komisi Eropa dalam pernyataannya, dilansir dari Politico.

Jika upaya diplomasi ini gagal, UE kemungkinan akan menerapkan tarif khusus untuk memblokir arus produk dari China. Pengalihan ekspor China ke UE juga dikhawatirkan bisa memicu perang dagang global yang lebih luas.

Von der Leyen menilai bahwa UE dan China sebagai dua pasar terbesar dunia memiliki tanggung jawab bersama untuk mendukung sistem perdagangan yang adil. Kedua pihak dinilai perlu bekerja sama menjaga stabilitas ekonomi global di tengah gejolak tarif yang sedang terjadi.

2. Sikap China terhadap kebijakan tarif Trump

Li Qiang menyatakan bahwa tindakan tegas China bukan hanya untuk melindungi kepentingan negaranya sendiri. Menurutnya, langkah ini juga bertujuan untuk membela aturan perdagangan internasional yang adil.

"Proteksionisme tidak membawa hasil apa pun, hanya keterbukaan dan kerja sama yang menjadi jalan tepat bagi umat manusia," kata Li, dilansir dari Global Times.

Li juga menyatakan China dan UE harus meningkatkan komunikasi sebagai pendukung globalisasi ekonomi. Menurutnya, kedua pihak perlu bekerja sama menjaga kelancaran rantai pasokan global.

Meski kini bekerja sama menghadapi AS, hubungan UE-China selama ini tidak selalu mulus. Beijing menganggap UE bersikap proteksionis karena mengenakan tarif pada mobil listrik dari China. Sebaliknya, UE menilai Beijing terlalu banyak berinvestasi di sektor manufaktur tanpa mendorong permintaan dalam negerinya sendiri, dilansir Financial Times.

3. UE-China akan gelar pertemuan pada Juli 2025

UE berencana mengadakan KTT dengan China pada Juli 2025, seperti disampaikan von der Leyen setelah pembicaraan dengan Li Qiang. Rencana ini berbeda dari spekulasi awal yang menyebut pertemuan akan diadakan pada Mei. Juru bicara Komisi Eropa Paula Pinho membenarkan rencana Juli ini meski tidak memberikan tanggal pasti.

Beberapa pemimpin Eropa juga akan mengunjungi China dalam waktu dekat. Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, dijadwalkan berkunjung pada 10-11 April 2025, yang akan menjadi kunjungan ketiganya ke China dalam tiga tahun terakhir.

Intensnya interaksi China-Eropa ini mencerminkan upaya kedua pihak mencari solusi bersama menghadapi tarif AS. Menurut peneliti Belt and Road Academy Dong Yifan, pendekatan ini merupakan tanda positif bagi hubungan kedua pihak di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us