Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Prajogo Pangestu (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Intinya sih...

  • Prajogo Pangestu menjadi orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai 32,8 miliar dolar AS atau setara Rp535,95 triliun pada 7 Maret 2025.
  • Prajogo Pangestu lahir di Sungai Betung, Bengkayang, Kalimantan Barat pada 13 Mei 1944 dan merintis bisnisnya dari berjualan ikan asin hingga bekerja di perusahaan kayu.

Prajogo Pangestu menjadi salah satu taipan yang datang ke Istana Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis (6/3/2025). Dia bersama tujuh konglomerat lainnya bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto membahas sejumlah topik, mulai dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga Danantara.

Prajogo merupakan orang terkaya di Indonesia nomor 2 dalam daftar 50 Orang Terkaya 2024 versi Forbes. Namun berdasarkan data Forbes Real Time Billionaires pada 7 Maret 2025, dia berada di posisi puncak, dengan kekayaan mencapai 32,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp535,95 triliun (asumsi Rp16.340 per dolar AS). 

Kekayaannya melampaui Low Tuck Kwong, pemilik PT Bayan Resources dan Hartono bersaudara yang kini menempati posisi dua hingga empat orang terkaya di Indonesia.

Lantas, seperti apa perjalanan karier Prajogo Pangestu? Berikut profil dan sepak terjangnya dalam membangun karier sebagai pengusaha. Simak sampai akhir, ya!

1. Jadi sopir angkot hingga penjual ikan asin

Prajogo Pangestu (Dok. barito-pacific.com)

Prajogo Pangestu lahir di Sungai Betung, Bengkayang, Kalimantan Barat pada 13 Mei 1944. Prajogo merupakan anak dari ayah bernama Phang Siu On yang bekerja sebagai pengambil getah karet. Saat kecil, Prajogo diberikan nama Phang Djun Phen yang dalam mitologi suku Khek atau orang Cina di Taiwan memiliki arti "Burung besar terbang tinggi di awan mendung".

Prajogo hanya menuntaskan sekolahnya di SMP Nan Hua, sekolah Mandarin di Singkawang, Kalimantan Barat. Setelah rampung sekolah, Prajogo mencoba peruntungan di Jakarta. Namun sayang, pekerjaan tak kunjung didapatkan dan akhirnya dia kembali ke kampung halamannya.

Setelah kembali ke Kalimantan, Prajogo menjadi sopir angkutan umum Singkawang-Pontianak. Tak bertahan lama, Prajogo mencoba berbisnis kebutuhan dapur, mulai dari ikan asin hingga bumbu-bumbu.

2. Terjun ke industri kayu

ilustrasi industri kayu log konvensional (pexels.com/Vilnis Husko)

Pada 1960-an, Prajogo berkenalan dengan Bong Sun On atau Burhan Uray, pengusaha kayu asal Sarawak, Malaysia. Burhan bisa masuk ke Indonesia lewat Pontianak karena ketika itu sedang marak penyelundupan kayu dari Malaysia.

Saat itu, Burhan sukses memanen untung karena penebangan hutan masih menggunakan sistem persil dan petak rakyat yang menyebabkan pemerintah sulit mengawasi jumlah penebangan pohon yang dimanipulasi.

Sekitar tahun 1970-an, Burhan memindahkan perusahaannya, PT Djajanti dari Pontianak ke Banjarmasin. Saat itu, Burhan juga mempromosikan Prajogo untuk menjabat General Manager PT Nusantara Plywood di Surabaya. Lantas, hal ini membuat nama Prajogo makin terkenal.

3. Dekat dengan keluarga Soeharto

Presiden ke-2 RI Soeharto. (Dok. Arsip Nasional RI)

Pada akhir 1980-an, Prajogo Pangestu merintis bisnis dengan mendirikan CV Pacific Lumber Coy. Dengan bekal yang dimiliki tentang industri kayu, Prajogo pun mantap mengembangkan perusahaan sendiri. Hingga sekitar 13 tahun setelahnya, perusahaannya berganti nama menjadi Barito Pacific Timber.

Prajogo sukses menjelma menjadi "Raja Kayu" di Indonesia pada era Orde Baru. Kesuksesannya ini tak terlepas dari peran Prajogo dalam mengelola Hak Pengusahaan Hutan (HPH) gelap di Kalimantan Timur. HPH tersebut adalah milik PT Panambangan.

Menariknya, pengelola PT Panambangan adalah keluarga dekat Presiden Soeharto. Sahamnya dimiliki sepupu Soeharto, Soekamdani Sahid Gitosardjono. Saat era itu, HPH memang sudah dibagikan kepada kerabat dan keluarga Soeharto. Kedekatan ini sering tampak ketika Prajogo beberapa kali menemani Soeharto bermain golf.

4. Orde baru runtuh, bisnis tetap utuh

Wikimedia.org/ The Office of the Vice President of the Republic of Indonesia

Setelah masa Orde Baru berakhir, bisnis Prajogo Pangestu tak lantas bubar. Prajogo terbilang lihai dalam membaca perubahan zaman. Sebagai pebisnis, Prajogo membutuhkan pegangan politik yang kuat yaitu Presiden Abdurrahman Wahid.

Saat itu, Gus Dur melindungi Prajogo dalam kasus yang menyeretnya. Gus Dur menunda penyidikan terhadap Prajogo dan menyebut kalau dia merupakan aset negara yang sudah meningkatkan ekspor dan membuka lapangan kerja.

Diketahui Prajogo pernah terseret dugaan korupsi dana reboisasi di Sumatra Selatan pada proyek Hutan Tanam Industri (HTI) sebanyak Rp331 miliar. Bahkan, pengusaha kayu ini pernah ditetapkan tersangka. Namun, Prajogo bebas setelah diterbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) oleh Kejaksaan Agung.

5. Lebarkan sayap ke industri petrokimia dan energi

PT Barito Pasific (barito-pacific.com)

Pada 2007, Prajogo melebarkan sayap bisnisnya ke industri petrokimia dan energi. Nama perusahaan yang semula Barito Pacific Timber berubah menjadi Barito Pacific. Kemudian Prajogo mengakuisisi Chandra Asri, perusahaan petrokimia dengan menguasai 70 persen sahamnya.

Beberapa tahun setelahnya, Prajogo juga menggandeng Tri Polyta Indonesia yang merupakan perusahaan produsen plastik. Pada 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia hingga sukses menjadi produsen petrokimia terbesar di Indonesia di bawah kuasa Prajogo.

Selanjutnya, taipan ini juga merambah industri batu bara melalui Petrindo Jaya Kreasi. Perusahaan ini mencatatkan saham perdananya (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2023. Setelah itu, dia terjun ke industri hijau melalui PT Barito Renewables Energy. Perusahaan energi terbarukan ini juga mencatatkan sahamnya pada Oktober 2023.

6. Gabung konsorsium proyek IKN

Pembangunan Ibu Kota Nusantara, Rabu (5/3/2025). (IDN Times/Hilmansyah)

Pada 2023, nama Prajogo Pangestu melejit setelah bergabung ke dalam konsorsium nusantara yang dipimpin Sugianto Kusuma alias Aguan, pemilik Agung Sedayu Group untuk berinvestasi pada proyek IKN.

Prajogo Pangestu tergabung dengan sejumlah taipan-taipan di Indonesia, mulai dari Sugianto Kusuma (Agung Sedayu Group), Franky Wijaya (Sinarmas Group), Eka Tjandranegara (Mulia Group), Pui Sudarto (Pulauintan), Boy Thohir (Adaro), Kuncoro Wibowo (Kawan Lama Group), Djoko Susanto (Alfamart Group), dan lainnya.

Gurita bisnis Prajogo Pangestu tersebar di berbagai bidang, mulai dari petrokimia, energi, properti, logistik, produksi lem untuk papan artikel, dan memiliki saham minoritas pengebooran lepas pantai Madura. 

7. Bersama dengan tujuh taipan lainnya bertemu Prabowo di Istana

Prajogo bersama dengan pengusaha lainnya, seperti Anthoni Salim (Salim Group), Sugianto Kusuma alias Aguan (Agung Sedayu Group), Garibaldi Thohir (Adaro Energy), Franky Widjaja (Sinar Mas Group), Dato Sri Tahir (Mayapada Group), James Riady (Lippo Group), dan Tomy Winata (Artha Graha Network) bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kpersidenan Jakarta pada Kamis kemarin.

Prabowo menggelar diskusi dengan para pengusaha tersebut terkait situasi terkini di dalam negeri dan dinamika global. Dalam pertemuan itu, Prabowo juga memaparkan sejumlah program prioritas pemerintah, di antaranya MBG, pengembangan infrastruktur, penguatan industri tekstil, upaya swasembada pangan dan energi, industrialisasi hingga Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

"Dalam suasana diskusi yang hangat, Presiden Prabowo memberikan apresiasi atas dukungan yang diberikan oleh para pengusaha terhadap berbagai kebijakan dan program pemerintah, terutama yang menyangkut kepentingan dan kesejahteraan rakyat," tulis akun Instagram Sekretariat Kabinet, dikutip IDN Times.

Editorial Team