Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Wahyu Sakti Trenggono (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta, IDN Times - Sakti Wahyu Trenggono kembali menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam Kabinet Merah Putih di pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Nama Trenggono sudah muncul sejak datang bersama para calon menteri pilihan Prabowo ke kediaman presiden terpilih itu, Jalan Kertanegara No 4, Jakarta Selatan, pada Senin (14/10/2024) sore. 

Trenggono pun kemudian diumumkan Prabowo sebagai Menteri KKP pada Minggu (20/10/2024) malam dan dilantik secara resmi keesokan harinya.

Dia menjabat Menteri KKP sejak era pemerintahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Trenggono dilantik pada 23 Desember 2020. Dia menggantikan Edhy Prabowo yang dicopot karena terlibat kasus korupsi gratifikasi terkait izin ekspor benih lobster.

Simak profil Sakti Wahyu Trenggono berikut ini.

1. Latar belakang pendidikan dan awal karier

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono hadir pada acara Puncak Apresiasi Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut di Pantai Losari Makassar, Kamis (29/8/2024). (IDN Times/Aan Pranata)

Latar belakang Sakti Wahyu Trenggono jauh dari bidang perikanan. Dia yang mendalami pendidikan teknik industri, justru dikenal lama berkecimpung mesin dan menara base transceiver station (BTS) hingga dikenal sebagai 'Raja Menara'.

Jauh sebelum duduk di pemerintahan, Trenggono dikenal sebagai pengusaha. Trenggono menamatkan pendidikan S1 Teknik Industri ITB pada 1986 dan Magister pada 2006.

Dikutip dari Indonesia.go.id, setelah lulus kuliah, Trenggono bekerja sebagai system analyst di Federal Motor (PT Astra Honda Motor) pada 1986-1988, kemudian menjadi Manajer management information system (MIS) di Federal Motor pada 1988-1992.

Pada 1992-1995, dia menjabat sebagai General Manager MIS and Business Development Federal Motor Astra Group. Selanjutnya pada 1995, Trenggono menjadi Direktur Perencanaan dan Pengembangan INKUD/Induk Koperasi Unit Desa.

2. Mulai merambah ke perusahaan BTS

Ilustrasi tower telekomunikasi. (IDN Times/Istimewa)

Trenggono mulai merambah ke perusahaan BTS, di mana pada 2000-2009, dia menjabat sebagai Direktur Utama PT Solusindo Kreasi Pratama-Indonesian Tower. Perusahaan tersebut membawahi PT Tower Bersama Infrastruktur yang merupakan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, memiliki lebih dari 14 ribu menara.

Hal itu membuat dia dijuluki sebagai Raja Menara. Kemudian, Wahyu menjadi Ketua Umum Asosiasi Pengembang Infrastruktur Menara Telekomunikasi pada 2005-2016.

Pada 2010-2016, dia menjabat sebagai Komisaris Utama PT Teknologi Riset Global Investama. Sejak 2004, Wahyu menjabat Anggota Dewan Sekolah MBA School Of Business Management ITB.

Selanjutnya, pada 2018, Wahyu menjabat sebagai komisaris di perusahaan tambang emas Grup Saratoga, yaitu PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

3. Menjadi tim kampanye Jokowi-Ma'ruf

Wahyu Sakti Trenggono (Twitter.com/saktitrenggono)

Kiprah Wahyu di ranah politik dimulai saat dia masuk ke Partai Amanat Nasional (PAN) di era kepemimpinan Hatta Rajasa pada periode 2009-2014.

Selanjutnya, pada 2018-2019, dia tercatat sebagai salah satu tokoh dalam tim kampanye pasangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin. Wahyu menduduki posisi sebagai bendahara tim kampanye nasional tersebut.

4. Jabat Wamenhan sebelum jadi Menteri Kelautan

Wahyu Sakti Trenggono (Twitter.com/saktitrenggono)

Wahyu menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) sejak dilantik Jokowi pada Jumat 25 Oktober 2019. Dia mendampingi Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. Setahun kemudian, Wahyu dilantik menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan ke-8. Dia dilantik oleh Presiden Jokowi pada 23 Desember 2020 di Istana Negara.

Di pucuk pimpinan KKP, dia mendorong tiga prioritas. Pertama, meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor perikanan tangkap dari Rp600 miliar menuju Rp12 triliun.

Kedua, meningkatkan kesejahteraan nelayan, termasuk melalui asuransi dana pensiun atau jaminan hari tua, di mana selama ini asuransi sebatas meliputi kesehatan dan kecelakaan atau kematian. Kemudian, program ketiga mengembangkan perikanan budidaya dalam negeri sebagai sumber ekonomi.

Editorial Team