Fakta-Fakta Larangan iPhone di China dan Dampaknya bagi Apple

Menurunnya kapitalisasi Apple sekitar Rp2.923 triliun

Jakarta, IDN Times - Pembatasan terhadap penggunaan iPhone oleh pegawai pemerintah pusat di China meluas ke pemerintah daerah, termasuk prefektur, kota, hingga badan usaha milik negara (BUMN). Hal ini pun berdampak pada menurunnya kapitalisasi pasar raksasa teknologi Amerika Serikat (AS), Apple, sekitar 190 miliar dolar AS (Rp2.923 triliun) dalam dua hari.

Menurut penuturan seorang karyawan di sebuah perusahaan BUMN di Beijing, bahwa dia menerima pemberitahuan rahasia mengenai langkah tersebut pada awal September. Menurutnya, perusahaan telah membatasi penggunaan iPhone sebagai rekomendasi selama tiga tahun terakhir dan mayoritas karyawan tidak menggunakannya untuk bekerja, ungkapnya, dikutip dari Nikkei Asia pada Jumat (8/9/2023).

Dia juga menambahkan bahwa pemberitahuan terbaru itu mencakup Apple Watch dan earphone nirkabel AirPod untuk dilarang dibawa ke tempat kerja. Larangan tersebut akan berlaku bagi departemen perusahaan yang terlibat dalam rahasia dagang mulai 1 Oktober dan semua pegawai mulai 1 Maret tahun depan.

Sejak 2018, pemerintah China telah memberlakukan beberapa pembatasan terhadap penggunaan teknologi buatan asing di tempat kerja yang terkait dengan pemerintah. Ini termasuk dengan mulai mempersempit pengadaan peralatan teknologi informasi. Namun, laporan minggu ini mengenai pembatasan diperluas ke ponsel pintar.

Dilaporkan, banyak karyawan di China di organisasi yang terkena dampak memiliki telepon terpisah untuk bekerja. Contohnya saja penggunaan Huawei untuk bekerja dan iPhone untuk penggunaan pribadi.

Baca Juga: China Larang Pejabat dan PNS Pakai iPhone, Penjualan Apple Drop?

1. Sanksi Washington, membuat China mengurangi ketergantungan teknologi AS

Dilansir Deutsche Welle, Kabar pelarangan penggunaan iPhone di kantor-kantor pemerintah dan entitas yang didukung negara ini menyusul peluncuran ponsel pintar Huawei yang menggunakan prosesor buatan China pada minggu lalu. Huawei meluncurkan ponsel pintar Mate 60 Pro barunya yang ditenagai oleh chip canggih.

Chip ini dibuat oleh pembuat chip kontrak China, Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC). Hal ini pun menuai pujian sebagai terobosan nyata bagi Beijing yang berupaya mengurangi ketergantungannya pada teknologi AS, serta kesulitan mengembangkan sektor teknologinya di tengah sanksi berat dari Washington.

Gesekan China-AS semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir dan Apple kini menjadi industri teknologi terbaru yang menjadi korban ketegangan geopolitik kedua negara.

Bulan lalu, Presiden AS Joe Biden menyetujui putaran pembatasan terbaru yang bertujuan untuk membatasi kemampuan teknologi Beijing terhadap peralatan penting yang diperlukan guna menjaga industri chip tetap kompetitif. Ini termasuk investasi Washington pada teknologi sensitif seperti chip komputasi canggih dan mikroelektronika. Sejak saat itu, pemerintah AS meluncurkan penyelidikan terhadap chip buatan China.

Saat ini, Departemen Perdagangan AS sedang berupaya memperoleh lebih banyak informasi mengenai karakter dan komposisi chip yang mungkin melanggar pembatasan perdagangan.

"Pembatasan yang diberlakukan sejak 2019 telah menjatuhkan Huawei dan memaksanya untuk mengubah jati dirinya, dengan kerugian yang besar bagi pemerintah China," kata departemen tersebut pada Kamis, seraya menambahkan bahwa pihaknya terus berupaya menilai dan akan memperbarui kontrol guna melindungi keamanan nasional AS, dikutip dari Reuters.

Baca Juga: China Larang Pejabat Pemerintah Pakai iPhone untuk Bekerja

2. China adalah pasar penting bagi Apple

Fakta-Fakta Larangan iPhone di China dan Dampaknya bagi AppleIlustrasi peta Tiongkok. (Unsplash.com/Liam Read)

China adalah salah satu pasar terpenting Apple, menyumbang sekitar 20 persen dari total penjualan globalnya pada periode April-Juni 2023. Produksi Apple juga dipusatkan di China, dengan sekitar 90 persen produknya dibuat di negara tersebut. 

Salah satu pemasok Apple didirikan di Taiwan, Foxconn, yang memiliki pabrik besar di China dan mempekerjakan lebih dari 1,2 juta orang.

Namun setelah ketidakstabilan politik dan pandemik COVID-19, Apple mempercepat rencana untuk memindahkan beberapa produksi ke negara lain, termasuk Vietnam dan dipindahkannya produksi iPhone 14 ke India. Ini merupakan pertama kalinya Apple merakit model iPhone di luar China pada tahun peluncurannya, The Guardian melaporkan.

India adalah pasar ponsel pintar terbesar kedua di dunia dan menjadikan negara Asia Selatan tersebut sebagai salah tempat pemindahan produksi Apple. Hal ini secara luas dipandang sebagai langkah besar dalam memindahkan operasi manufaktur dari Negeri Tirai Bambu.

3. Aksi balas-membalas AS-China di sektor perdagangan dan teknologi

Fakta-Fakta Larangan iPhone di China dan Dampaknya bagi AppleIlustrasi bendera AS (kiri) dan bendera China (kanan). (pixabay.com/mohamed_hassan)

Sekitar 2010, Beijing membatasi penggunaan Google dan Facebook yang berbasis di Negeri Paman Sam, serta perusahaan lain di China sebagai upaya untuk membina raksasa internet dalam negeri.

Beijing juga telah mengatakan kepada operator infrastruktur penting di China untuk berhenti membeli produk dari pembuat chip AS, Micron Technology, seraya meningkatkan upaya untuk lebih mandiri dalam membuat semikonduktor, otak perangkat elektronik.

Sementara itu, Pemerintah AS telah membatasi penggunaan produk Huawei dan ZTE karena peralatan telekomunikasi dari dua perusahaan teknologi tersebut menimbulkan 'risiko yang tidak dapat diterima' terhadap keamanan nasional AS. Washington juga telah melarang aplikasi berbagi video yang berasal dari China, Tik Tok, ketika kedua negara terus terlibat dalam pertarungan sengit untuk mendapatkan supremasi atas keamanan ekonomi.

Baca Juga: UU Semikonduktor Sah, AS Disebut China Mulai Genderang Perang Dingin

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya