China Larang Pejabat Pemerintah Pakai iPhone untuk Bekerja

Langkah untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing

Jakarta, IDN Times - China telah memerintahkan pejabat pemerintah pusat untuk tidak menggunakan iPhone atau perangkat merek asing lainnya saat bekerja atau membawanya ke kantor.

“Dalam beberapa minggu terakhir, para pejabat diinstruksikan (untuk tidak menggunakan perangkat tersebut) oleh atasan mereka di saluran komunikasi tempat kerja, sebagai bagian dari upaya berkelanjutan Beijing untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing, meningkatkan keamanan siber, dan membatasi aliran data sensitif melintasi perbatasan China,” demikian laporan The Wall Street Journal (WSJ) pada Rabu (6/9/2032).

Laporan WSJ itu tidak menyebutkan nama merek ponsel lain selain Apple. Perusahaan Apple dan Kantor Informasi Dewan Negara China juga belum menanggapi permintaan komentar mengenai berita tersebut.

1. AS juga keluarkan larangan serupa terhadap produk China

Melansir Reuters, larangan ini terjadi menjelang acara Apple minggu depan yang diyakini akan membahas peluncuran lini iPhone terbaru. Situasi tersebut dinilai dapat memicu kekhawatiran di antara perusahaan asing yang beroperasi di China, seiring meningkatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya, pejabat AS baik di tingkat federal maupun negara bagian juga telah melaraang smartphone buatan China, Huawei, dan platform video pendek TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance.

Apple sendiri menghasilkan sekitar 19 persen pendapatannya dari negera Tirai Bambu, yang merupakan pasar terbesar kedua setelah AS.

Baca Juga: Menlu Retno: Kerja Sama ASEAN dan China Sangat Kuat

2. China berusaha untuk mandiri dalam hal teknologi

Selama lebih dari satu dekade, China telah berupaya mengurangi ketergantungan pada teknologi asing, melalui seruan kepada perusahaan yang berafiliasi dengan negara seperti bank untuk beralih ke perangkat lunak lokal dan mempromosikan manufaktur chip dalam negeri.

Beijing meningkatkan kampanye ini pada 2020, ketika para pemimpinnya mengusulkan apa yang disebut model pertumbuhan sirkulasi ganda untuk mengurangi ketergantungan pada pasar dan teknologi luar negeri, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran China terhadap keamanan data.

Pada Mei, Beijing mendesak perusahaan-perusahaan besar milik negara untuk memainkan peran penting dalam upaya mencapai kemandirian dalam teknologi, sehingga meningkatkan persaingan di tengah perselisihan dengan AS.

3. AS sebut berbisnis di China semakin berisiko

Ketegangan antara China dan AS meningkat ketika Washington bekerja sama dengan sekutunya untuk memblokir akses Beijing terhadap peralatan penting yang diperlukan untuk menjaga industri chipnya tetap kompetitif.

Sementara itu, Beijing juga membatasi pengiriman dari perusahaan-perusahaan terkemuka AS, termasuk pembuat pesawat Boeing dan perusahaan chip Micron Technology.

Dalam kunjungannya ke China pekan lalu, Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan, perusahaan di Negeri Paman SAm telah mengeluh tentang sulitnya berinvestasi di Beijing. Hal ini merujuk pada denda, penggerebekan, dan tindakan lain yang menjadikan berbisnis di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu berisiko.

Baca Juga: Kamala Harris, Satu-satunya Pemimpin Perempuan di KTT ASEAN 2023

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya