Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250922-WA0043.jpg
Realisasi Konpers APBN KiTa per Agustus. (IDN Times/Triyan).

Intinya sih...

  • Realisasi pembiayaan APBN hingga Agustus 2025 mencapai Rp425,7 triliun, meningkat 44,3% dibandingkan tahun sebelumnya.

  • Profil risiko utang Indonesia tetap terjaga dengan penurunan yield SBN dan kembalinya aliran modal asing ke Tanah Air.

  • Penurunan yield SBN turut mendorong arus modal asing masuk ke Indonesia, meskipun aliran modal tertahan imbas kebijakan The Fed.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Thomas Djiwandono, melaporkan realisasi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Agustus 2025 mencapai Rp425,7 triliun, atau 69,1 persen dari target sebesar Rp662,0 triliun.

Capaian ini meningkat 44,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), yang tercatat sebesar Rp295,0 triliun.

"Realisasi ini terdiri dari pembiayaan utang sebesar Rp463,7 triliun, atau 59,8 persen dari target APBN, dan pembiayaan non-utang sebesar minus Rp38 triliun, atau 23,8 persen dari target," paparnya dalam konferensi pers APBN Kita edisi Agustus 2025 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (22/9/2025).

1. Profil risiko utang Indonesia dinilai tetap terjaga

ilustrasi mencatat utang (freepik.com/rawpixel.com)

Meskipun pembiayaan meningkat, profil risiko utang Indonesia dinilai tetap terjaga. Hal ini tercermin dari penurunan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun, penyempitan spread SBN, serta kembalinya aliran modal asing ke Tanah Air.

Kondisi pasar SBN di pasar perdana juga menunjukkan tren positif. Hasil lelang terakhir mencatat rata-rata bid to cover ratio tahun 2025 sebesar 3,03 untuk Surat Utang Negara (SUN) dan 3,15 untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

“Hal ini menunjukkan bahwa permintaan investor tetap kuat dan minat asing masih tinggi, seiring dengan meningkatnya kualitas pasar. Kepercayaan tersebut juga tidak lepas dari status investment grade yang disandang Indonesia, sehingga SBN tetap dipandang sebagai instrumen yang aman dan kredibel,” tegasnya.

2. Penurunan yield dorong arus modal asing masuk ke RI

Ilustrasi Obligasi/Surat Berharga (IDN Times/Aditya Pratama)

Penurunan yield turut mendorong kembalinya arus modal asing ke Indonesia. Kementerian Keuangan mencatat, hingga 17 September 2025, total dana asing yang masuk telah mencapai Rp42,61 triliun.

Pada periode yang sama, yield SBN tenor 10 tahun turun sebesar 70 basis poin (bps), atau sekitar 10 persen, sejak awal tahun hingga pertengahan September 2025.

“Penurunan ini turut mendorong kembalinya arus modal asing ke Indonesia. Kementerian Keuangan mencatat, hingga 17 September 2025, total dana asing yang masuk telah mencapai Rp42,61 triliun,” tegasnya.

Berbagai perkembangan tersebut mencerminkan kepercayaan investor internasional terhadap fundamental dan prospek perekonomian Indonesia.

3. Aliran modal asing tertahan imbas kebijakan The Fed

Ilustrasi Cadangan Devisa (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan kondisi di pasar keuangan global, yield US Treasury menurun sejalan dengan ekspektasi penurunan FFR dan mendorong pelemahan indeks mata uang dolar AS (DXY).

Dengan masih tingginya ketidakpastian, aliran modal global ke komoditas emas semakin meningkat sedangkan aliran modal ke emerging market (EM) tertahan.

"Ke depan, volatilitas pasar keuangan global masih terus berlanjut sehingga perlu diantisipasi dengan penguatan berbagai respons dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri," tegasnya.

Editorial Team