Bahlil Yakin Kemudahan Bisnis RI Oke meski Tanpa Laporan Bank Dunia

Kepala BKPM mengaku sudah tahu kondisi ini sejak lama

Jakarta, IDN Times – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan yakin bahwa pandangan dunia terhadap kemudahan berbisnis di Indonesia tetap baik, meski Bank Dunia baru mengumumkan menemukan adanya penyimpangan data pada laporan Ease of Doing Business (EODB) 2018 dan 2020.

“Saya punya keyakinan bahwa hari ini dunia melihat Indonesia tidak seperti dulu. Hari ini dunia, dengan pemberlakuan UU Cipta Kerja itu Indonesia semakin kompetitif dalam konteks bagaimana mengurus izin ataupun insentif ataupun mindset pola pikir beroperasi,” ujar Bahlil saat menyampaikan keterangan pers virtual, Jumat (17/9/2021).

Ia juga mengatakan bahwa pejabat-pejabat di Indonesia sudah lebih bagus dalam mendukung kondisi tersebut.

“Memang belum 100 persen bagus ya, kita harus berjuang ke sana,” ujarnya. “Tapi kita memperbaiki, kita belajar terus. Kita harus jadi orang yang mau terus belajar dan melakukan perubahan-perubahan ke arah perbaikan.”

Baca Juga: Bank Dunia Hentikan Laporan Ease of Doing Business

1. Bank Dunia akan berhenti buat laporan EODB

Bahlil Yakin Kemudahan Bisnis RI Oke meski Tanpa Laporan Bank DuniaIlustrasi bank dunia (ANTARA FOTO)

Sebelumnya pada Kamis, Grup Bank Dunia (World Bank Group) mengumumkan akan menghentikan laporan Ease of Doing Business. Hal itu diumumkan setelah bank menemukan adanya penyimpangan data pada laporan tahun 2018 dan 2020.

“Setelah meninjau semua informasi yang tersedia hingga saat ini tentang Doing Business, termasuk temuan tinjauan sebelumnya, audit, dan laporan yang dirilis Bank hari ini atas nama Dewan Direktur Eksekutif, manajemen Grup Bank Dunia telah mengambil keputusan untuk menghentikan laporan Doing Business,” kata Bank Dunia dalam pernyataan resminya.

Bank Dunia juga telah merilis temuan penyelidikannya terhadap penyimpangan data yang ditemukan pada laporan 2018 dan 2020 itu.

2. Direktur Pelaksana IMF terlibat

Bahlil Yakin Kemudahan Bisnis RI Oke meski Tanpa Laporan Bank Duniawww.am2018bali.go.id

Laporan investigasi tentang penyimpangan data dalam Doing Business 2018 dan Doing Business 2020 menyebutkan peran Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva.

“Perubahan data China dalam Doing Business 2018 tampaknya merupakan produk dari dua jenis tekanan berbeda yang diterapkan oleh pimpinan bank pada tim Doing Business,” kata laporan Bank Dunia.

“Tekanan yang diterapkan oleh CEO Georgieva dan penasihatnya, Mr Djankov, untuk membuat perubahan spesifik pada titik data China dalam upaya untuk meningkatkan peringkatnya pada saat yang sama ketika negara itu diharapkan memainkan peran kunci dalam kampanye peningkatan modal bank,” tambahnya.

Bank Dunia juga mengatakan bahwa ada perubahan pada data Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam Doing Business 2020. Bank menyebut perubahan data itu kemungkinan merupakan hasil dari upaya anggota staf senior Bank.

“Untuk mencapai hasil yang diinginkan dan memberi penghargaan kepada Arab Saudi atas peran penting yang dimainkannya dalam komunitas Bank, termasuk proyek RAS yang signifikan dan berkelanjutan,” ujar bank.

Menurut penjelasan Bank Dunia di websitenya, RAS adalah program yang ditawarkan oleh Bank Dunia kepada kliennya di negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi. Tidak seperti produk pinjaman, RAS adalah instrumen yang dikembangkan untuk memberikan layanan konsultasi kepada klien yang memenuhi syarat yang membutuhkan layanan yang tidak dapat sepenuhnya didanai dari program negara Bank.

Baca Juga: Jokowi Belum Puas Kemudahan Berusaha di Indonesia Peringkat 73 Dunia

3. BKPM sudah diberitahu sejak tujuh bulan lalu

Bahlil Yakin Kemudahan Bisnis RI Oke meski Tanpa Laporan Bank DuniaIDN Times/ Helmi Shemi

Menanggapi ini, Bahlil mengaku bahwa sebenarnya pemerintah Indonesia telah mengetahui hal ini sejak lama dan telah mengurus hal tersebut. Ia pun menyayangkan hal ini terjadi.

“EODB tidak diumumkan lagi, memang tujuh bulan lalu kami sudah mendapat laporan pertama dari World Bank. Kemudian kemarin di bulan Juli saya ke Amerika, itu dalam rangka mengurus ini. Jadi harus kalian tahu juga bahwa negara yang kita agung-agungkan atau institusi yang kita agung-agungkan bersih itu ternyata ya gitu deh. Jadi gak semuanya juga yang kita pikir bagus itu bagus-bagus banget,” ujarnya.

“Ini akibat karena sebuah cara-cara yang mungkin dalam laporan WB itu kan jelas bahwa mereka akan melakukan audit, mereka akan merapikan lagi, menertibkan lagi orang-orang yang pernah memberikan penilaian di saat itu. Artinya ada something gitu loh. Ada masalah gitu,” lanjut Bahlil.

Mengenai bagaimana ke depannya langkah Bank Dunia dalam memberikan penilaian, Bahlil mengatakan akan menunggu tanggapan dari lembaga tersebut.

“Apa sih kondisi dengan demikian World Bank? Ada cara lain lagi, mereka akan melakukan survei dengan metode lain. Tapi saya tunggu petunjuk teknisnya,” kata Bahlil.

Baca Juga: Fakta-fakta Kemudahan Bisnis dan Investasi di RI yang Tertinggal Jauh

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya