IMF: Ekonomi Ukraina Bisa Runtuh jika Perang Berlarut-Larut

Perang juga memiliki dampak ke ekonomi global

Jakarta, IDN Times – Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa sistem keuangan Ukraina masih dapat melunasi utang dalam jangka pendek, meski saat ini perang masih berkecamuk. 

Namun, lembaga yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS) itu memperingatkan bahwa invasi Rusia dapat menjerumuskan Ukraina ke dalam resesi yang menghancurkan.

IMF juga memperingatkan, perang dapat memberikan dampak yang lebih luas, termasuk mengancam ketahanan pangan global dengan menyebabkan harga naik dan menghambat penanaman tanaman, terutama gandum.

“Minimal, negara itu akan melihat output turun 10 persen tahun ini, dengan asumsi resolusi perang yang cepat,” kata IMF dalam analisis ekonominya setelah invasi Rusia, Senin (14/3/2022).

Baca Juga: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2022

1. Situasi bisa memburuk

IMF: Ekonomi Ukraina Bisa Runtuh jika Perang Berlarut-LarutAnggota layanan Angkatan Bersenjata Ukraina membawa senjata selama latihan militer di tempat penembakan di wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa (15/2/2022). ANTARA FOTO/General Staff of the Ukrainian Armed Forces/Handout via REUTERS.

IMF memperingatkan bahwa ada ketidakpastian besar di sekitar perkiraannya itu. Di sisi lain, jika konflik berlarut-larut, IMF menyebut situasinya akan memburuk.

“Kontraksi output tahunan pada akhirnya bisa jauh lebih tinggi, dalam kisaran 25-35 persen,” kata lembaga itu, mengutip data masa perang untuk konflik di Irak, Lebanon, Suriah dan Yaman.

Pada 2021, ekonomi Ukraina tumbuh 3,2 persen di tengah rekor panen gandum dan belanja konsumen yang kuat.

“Tetapi, setelah invasi Rusia pada 24 Februari, ekonomi di Ukraina berubah secara dramatis", kata Vladyslav Rashkovan, direktur eksekutif alternatif untuk Ukraina di dewan IMF.

“Itu termasuk penghancuran rumah sakit, sekolah, dan rumah serta puluhan kilometer jalan, dan objek infrastruktur kritis yang tak terhitung jumlahnya,” kata pejabat itu lagi dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Channel News Asia.

Oleg Ustenko, penasihat ekonomi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, pekan lalu memperkirakan kerugian dari invasi sejauh ini mencapai 100 miliar dolar AS.

2. Cadangan devisa Ukraina cukup

IMF: Ekonomi Ukraina Bisa Runtuh jika Perang Berlarut-LarutSeorang anak lelaki mengibarkan bendera Ukraina saat reli mendukung Ukraina dan memprotes Rusia, di Air Terjun Niagara, Kanada, Minggu (30/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Nick Iwanyshyn.

Lebih lanjut, Rashkovan mengatakan bahwa meskipun negara itu mengalami kehancuran, pemerintah dan bank-bank Ukraina terus berfungsi, dan per 1 Maret, negara itu memiliki cadangan devisa sebesar 27,5 miliar dolar AS.

“Yang cukup bagi Ukraina untuk memenuhi komitmennya,” menurut sebuah pernyataan tertanggal 9 Maret.

IMF, yang pekan lalu menyetujui program bantuan darurat senilai 1,4 miliar dolar AS untuk Ukraina, mengatakan bahwa pembayaran utang tampaknya tidak akan terganggu dalam jangka pendek, meskipun ada ketidakpastian yang sangat besar.

Baca Juga: Rusia Gempur Ukraina Barat: Cara Putin Hentikan Pasokan Senjata Asing

3. Dampak perang ke ekonomi global

IMF: Ekonomi Ukraina Bisa Runtuh jika Perang Berlarut-Larutartikel

Di luar kerugian pada manusia dan ekonomi di Ukraina, IMF memperingatkan tentang kemungkinan dampak dari perang ke ekonomi global.

Sejak konflik dimulai, harga energi dan pertanian telah melonjak di seluruh dunia, dan IMF memperingatkan bahwa itu bisa memburuk, memicu kenaikan inflasi.

“Gangguan pada musim pertanian di musim semi juga dapat membatasi ekspor dan pertumbuhan dan membahayakan ketahanan pangan,” kata laporan itu.

Menurut IMF, dampak awal akan terlihat pada harga, yang juga akan mendorong biaya makanan lain seperti jagung menjadi lebih tinggi.

Ukraina dan Rusia dianggap sebagai lumbung pangan pertanian karena mereka adalah salah satu pengekspor gandum terbesar di dunia, dan konflik yang berkepanjangan dapat menghantam pasokan pangan global jika para petani tidak dapat bercocok tanam.

“Perang di Ukraina berarti kelaparan di Afrika,” kata Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, pada Minggu di CBS.

Pada Senin, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperingatkan bahwa dunia harus bertindak untuk mencegah badai kelaparan dan kehancuran sistem pangan global.

“Perang ini jauh melampaui Ukraina. Ini juga merupakan serangan terhadap orang dan negara paling rentan di dunia,” kata Guterres kepada wartawan di New York.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya