RI Deal Tarif dengan Trump, Bahlil Tindaklanjuti Pembelian Energi AS

- Laporan resmi perkembangan pembelian energi dari AS akan disampaikan setelah langkah awal dengan Pertamina selesai.
- Nilai pembelian energi dari AS tetap sekitar 15 miliar dolar AS, termasuk LPG, BBM, dan minyak mentah.
- Presiden Prabowo Subianto menyatakan Indonesia masih membutuhkan impor komoditas seperti minyak, gas, gandum, dan kedelai dari AS.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah mulai menindaklanjuti kesepakatan tarif dagang dengan Amerika Serikat (AS) melalui pembelian produk energi dari Negeri Paman Sam dalam skala besar. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan pihaknya telah mulai mengambil langkah bersama PT Pertamina (Persero) usai tercapainya kesepakatan dalam negosiasi dengan pemerintah AS.
"Dengan proses deal negosiasi ini, maka kami dari ESDM sudah harus melakukan langkah-langkah dalam rangka menindaklanjuti, dengan khususnya Pertamina," kata Bahlil kepada jurnalis di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/7/2025).
1. Laporan menyusul setelah ditindaklanjuti

Mantan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan laporan resmi mengenai perkembangan pembelian energi dari AS akan disampaikan setelah langkah awal yang dilakukan bersama Pertamina selesai dijalankan.
"Setelah itu baru saya akan menyampaikan laporan perkembangan terakhir," ujar Bahlil.
2. Nilai pembelian energi tak ada perubahan

Dalam proposal yang diajukan Indonesia, salah satu materi utama mencakup rencana pembelian energi dari AS dengan nilai sekitar 15 miliar dolar AS, terdiri dari liquefied petroleum gas (LPG), bahan bakar minyak (BBM), dan minyak mentah (crude).
Bahlil menjelaskan angka tersebut masih tetap sama seperti yang telah dibahas sebelumnya dalam proses negosiasi, dan tidak mengalami perubahan meskipun kesepakatan tarif telah dicapai.
"Sepengetahuan saya, yang kami bahas, angkanya di 10 sampai 15 miliar dolar AS," tambahnya.
3. Prabowo sebut yang diimpor memang dibutuhkan

Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menyampaikan Indonesia masih membutuhkan sejumlah komoditas impor, termasuk minyak, gas, gandum dan kedelai.
Hal itu disampaikan terkait tawaran Indonesia untuk membeli sejumlah komoditas dari AS sebagai bagian dari upaya mencapai kesepakatan dagang yang memungkinkan penurunan tarif impor produk Indonesia ke AS dari 32 persen menjadi 19 persen.
"Kita juga butuh sebagai contoh kita masih impor BBM, kita masih impor gas. Kita masih perlu impor gandum, kita masih perlu impor kedelai dan sebagainya," kata Prabowo kepada jurnalis di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (16/7/2025).