Bulog Sulap Eks Gudang di Gatot Subroto Jadi Distrik Bisnis

Nama distrik bisnis tersebut d'GAT 55

Intinya Sih...

  • Perum Bulog mulai manfaatkan aset idle, kebanyakan bekas gudang.
  • Aset Bulog tidak optimal karena perubahan zaman dan peruntukan wilayah.
  • Bulog Business District d'GAT 55 hadirkan fasilitas olahraga, minimarket, dan tempat nongkrong.

Jakarta, IDN Times - Perum Bulog mulai memanfaatkan aset yang selama ini idle atau tidak terpakai. Kebanyakan aset tersebut merupakan bekas gudang yang tadinya dijadikan sarana penyimpanan stok Bulog.

Direktur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi mengatakan selama ini ada aset Bulog yang belum optimal digunakan. Padahal Bulog telah berusia lebih dari setengah abad.

"Ada sekitar 10 ribu aset miliki Bulog, ini tidak optimal, tidak optimal bukan karena kami tidak bisa mengoptimalkan karena memang perubahan zaman membuat aset-aset tersebut kemudian menjadi tidak bisa kita manfaatkan sebagaimana mestinya. Bulog telah berumur 57 tahun sehingga sebagian dari asetnya dikembangkan atau diadakan lebih dari setengah abad yang lalu," tutur Bayu di Jakarta, Senin (27/5/2024).

Baca Juga: Kapal Pengangkut 16 Ton Beras Bulog Kandas di Perairan Riau

1. Bulog resmikan d'GAT 55

Bulog Sulap Eks Gudang di Gatot Subroto Jadi Distrik BisnisBulog meresmikan business district bernama d’GAT 55. (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Perkembangan kota atau wilayah kemudian membuat peruntukan aset-aset Bulog tidak lagi sesuai dengan ide awalnya. Sejalan dengan itu, Perum Bulog pun menyulap eks gudang mereka di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, menjadi Bulog Business District yang diberi nama d'GAT 55.

"Contohnya yang jelas tempat di mana kita berada saat ini, ini dulunya dibayangkan akan menjadi gudang, gudang untuk stok bulog, tetapi sekarang menjadi sangat kesulitan untuk kita membawa keluar masuk stok, keluar masuk barang Bulog karena kawasan ini sudah menurut tata kotanya tidak lagi diperuntukkan untuk fungsi tersebut sehingga akhirnya tidak bisa kita manfaatkan dan Alhamdulillah saya kira sudah lebih dari 10-15 tahun terakhir, Bulog bersama BUMN lain dipesankan untuk melakukan optimasi dari aset-asetnya dan sekarang kita sudah bisa memanfaatkan ini dengan lebih baik," tutur Bayu.

Baca Juga: Bulog Serap 535 Ribu Ton Beras Dalam Negeri

2. Ragam fasilitas di d'GAT 55

Bulog Sulap Eks Gudang di Gatot Subroto Jadi Distrik BisnisDirektur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Bulog Business District d'GAT 55 menghadirkan beberapa fasilitas seperti area berolahraga, minimarket, dan tempat nongkrong yang masih dalam tahap perencanaan.

Untuk area berolahraga, d'GAT 55 memiliki lapangan bulutangkis, futsal, dan basket yang disewakan kepada masyarakatan umum. Sementara untuk minimarket Bulog bernama Mini Boss Food Sentra Pangan Nusantara.

Alih-alih distrik bisnis, Bayu menyebut d'GAT 55 sebagai food and lifestyle district karena kehadiran fasilitas-fasilitas tersebut.

"Saya kok membayangkannya ini Bulog food and lifestyle. Food and lifestyle center atau food and lifestyle area atau food and lifestyle district kalau mau disebut district. Mungkin yang bisa kita tambahkan di sini adalah gymnasium," kata Bayu.

Baca Juga: Stok Beras Bulog 1,63 Juta Ton, Tertinggi dalam 4 Tahun!

3. Bulog diminta pertajam bisnis komersial

Bulog Sulap Eks Gudang di Gatot Subroto Jadi Distrik BisnisPerayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-57 sekaligus peluncuran logo baru Perum Bulog. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo meminta Bulog bisa menggenjot bisnis komersialnya seiring dengan peluncuran logo baru Bulog pada HUT mereka ke-57, Rabu pekan lalu.

"Kita juga ingin Bulog bertransformasi menjadi perusahaan yang semakin komersial,” kata Kartika alias Tiko di Balai Kartini, Jakarta.

Tak hanya menjalankan penugasan pemerintah dalam stabilisasi harga pangan, Bulog juga menjual produk secara komersial, dan memiliki bisnis komersial lainnya.

Untuk produk beras misalnya, tak hanya menyalurkan cadangan beras pemerintah (CBP), Bulog juga menjual beras komersial seperti beras dengan merek Nanas Madu, Besita, Fortivit, Lereng Ijen, dan sebagainya. Ada juga produk minyak goreng, tepung terigu, dan lain-lain.

Tiko berharap, bisnis-bisnis komersial yang dijalankan Bulog bisa bersaing dengan kompetitor lain baik skala nasional maupun global.

“Kita ingin bisnis Bulog di-supply chain, dalam food ecosystem bisa semakin baik, dan bisa bersaing dengan pemain-pemain global yang serupa di Indonesia maupun di luar negeri,” ujar Tiko.

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya