MTI Sebut Transportasi Online Bisnis Gagal, Ini Alasannya

Banyak driver ojol tidak mendapatkan pendapatan layak

Jakarta, IDN Times - Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno mengungapkan, transportasi daring atau online termasuk ojek online (ojol) adalah bisnis gagal.

Hal itu menurut Djoko tak terlepas dari banyaknya masalah yang kerap terjadi berkaitan dengan ojol tersebut.

"Transportasi daring bisnis gagal, driver-nya kerap mengeluh dan demo. Sementara pengemudi ojek daring sebagai mitra tidak akan merasakan peningkatan pendapatannya karena tergerus oleh potongan-potongan fasilitas aplikasi yang sangat besar," ujar Djoko dalam keterangannya, Senin (10/10/2022).

Baca Juga: Tak Hanya Ojol, Tarif GrabCar hingga GrabFood Juga Bakal Naik

1. Pendapatan driver ojol tidak layak

MTI Sebut Transportasi Online Bisnis Gagal, Ini Alasannyailustrasi tarif ojol (IDN Times/Aditya Pratama)

Djoko menambahkan, kegagalan bisnis transportasi daring sudah terlihat dari tidak layaknya pendapatan yang diperoleh para driver ojol. Saat ini, rerata pendapatan driver ojol di bawah Rp3,5 juta per bulan dengan lama kerja 8-12 jam sehari dan selama 30 hari dalam sebulan tanpa adanya hari libur seperti mengacu aturan dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker).

"Pendapatan ojek daring rata-rata masih sebatas kurang dari Rp3,5 juta per bulan. Hal ini tidak sesuai dengan janji para aplikator angkutan berbasis daring pada tahun 2016 yang mencapai Rp8 juta per bulan," ucap Djoko.

Tidak heran jika kemudian Djoko beranggapan bahwa profesi driver ojol tidak bisa dijadikan sandaran hidup. Hal itu semakin diperparah dengan aplikator yang tidak membatasi jumlah driver dan menyebabkan ketidakseimbangan supply dan demand.

Baca Juga: Tarif Ojol Resmi Naik Mulai 11 September 2022

2. Pendapatan harian driver ojol hampir sama dengan biaya operasionalnya

MTI Sebut Transportasi Online Bisnis Gagal, Ini Alasannyailustrasi tarif ojol (IDN Times/Aditya Pratama)

Pernyataan Djoko tersebut bukannya tanpa alasan sebab di dalam Survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tahun 2022 tercantum data terkait pendapatan per hari para driver ojol.

Survei tersebut dilakukan pada rentang waktu 13 hingga 20 September 2022 dengan menggunakan sistem online. Sampelnya adalah penduduk Jabodetabek pengguna dan driver ojol dengan metode sampling kurang lima persen.

Survei diikuti oleh 2.655 responden yang merupakan masyarakat pengguna ojol dan 2.016 responden selaku driver/mitra ojol.

"Pendapatan per hari pengemudi hampir sama dengan biaya operasionalnya. Terbanyak rata-rata pendapatan per hari Rp50 ribu – Rp100 ribu (50,10 persen) dan biaya operasional per hari terbanyak kisaran Rp50 ribu – Rp100 ribu (44,10 persen)," tulis survei tersebut.

Baca Juga: Harga BBM Naik, Menhub Isyaratkan Tarif Angkutan Umum-Ojol Naik

3. Driver jarang dapat bonus

MTI Sebut Transportasi Online Bisnis Gagal, Ini AlasannyaPengemudi ojek daring menurunkan penumpang di kawasan Jl. Kendal, Jakarta, Senin (8/6/2020) (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Survei itu juga menunjukkan, para driver ojol jarang mendapatkan bonus dari aplikator. Selain itu, mereka juga jarang mendapatlan tip dari para penumpangnya.

"Pengemudi mengaku jarang mendapatkan bonus (52,08 persen) dari aplikator dan sebagian besar menyatakan tidak pernah (37,40 persen) mendapatkan bonus dari aplikator. Sementara untuk mendapatkan tip dari penumpang juga jarang (75,79 persen)," tulis survei Kemenhub.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya