Rupiah Ditutup Stagnan ke Level Rp14.197 per Dolar AS

Kurs rupiah tidak beranjak dari penutupan sebelumnya

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan pada penutupan perdagangan, Selasa (11/5/2021) sore.

Mengutip Bloomberg, mata uang Garuda ditutup stagnan alias tidak berubah ke level Rp14.197 per dolar AS seperti pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya, atau Senin (10/5/2021) sore.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Rupiah Dibuka Hampir Tak Berubah Pagi Ini

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Rupiah Ditutup Stagnan ke Level Rp14.197 per Dolar ASANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Sementara itu, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) pada Selasa (11/5/2021) tercatat, nilai tukar rupiah sebesar Rp14.203 per dolar AS.

Angka ini lebih besar dari kurs rupiah pada Senin (10/5/2021) yang ada di level Rp14.198 per dolar AS.

2. Penguatan dolar imbas dari rilis data inflasi April AS

Rupiah Ditutup Stagnan ke Level Rp14.197 per Dolar ASIDN Times/Holy Kartika

Pada pembukaan perdagangan pagi tadi, rupiah dibuka melemah terhadap dolar AS ke level Rp14.200. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyatakan, penguatan dolar tidak hanya terjadi pada rupiah, melainkan hampir semua mata uang negara lainnya.

"Dolar menguat tipis terhadap mata uang lainnya sehari menjelang rilis data inflasi AS untuk April, termasuk indeks harga konsumen inti (CPI). Sementara itu, imbal hasil treasury 10-tahun tetap di bawah 1,6 persen," ujar Ibrahim, dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times.

Baca Juga: Lupa Tukar Uang? 5 Daerah di Luar Negeri Ini Terima Uang Rupiah Lho

3. Penjualan ritel dalam negeri mulai pulih

Rupiah Ditutup Stagnan ke Level Rp14.197 per Dolar ASIDN Times/Indiana Malia

Stagnansi kurs rupiah terhadap dolar AS juga dipengaruhi oleh tanda pemulihan yang ditunjukkan dari sektor penjualan ritel Indonesia. Kontraksi yang terjadi selama Maret 2021 diperkirakan bakal hilang sebulan kemudian atau pada April 2021.

"Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Maret 2021 sebesar 187,9. Naik 6,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm)," kata Ibrahim.

Jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya atau secara year on year (yoy), penjualan ritel masih terkontraksi 14,6 persen. Adapun pertumbuhan positif penjualan ritel terakhir kali terjadi pada November 2019 dan ini membuat kontraksi yang terjadi sudah 16 bulan beruntun.

"Akan tetapi, jangan kehilangan harapan. Never give up. Sebab pada April 2021, penjualan ritel diperkirakan tumbuh positif baik secara bulanan maupun tahunan.
Pada April 2021, BI memperkirakan IPR berada di 209,3, naik 11,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya, kemudian jika dibandingkan April 2020, terjadi pertumbuhan 9,8 persen," jelas Ibrahim.

Mengutip laporan BI, Ibrahim menyatakan bahwa peningkatan penjualan eceran sejalan dengan meningkatnya daya beli masyarakat selama Ramadan dan banyaknya diskon serta musim dan cuaca yang mendukung.

Baca Juga: Viral Uang Pecahan 1.0 Perum Peruri, Bisakah Buat Belanja?

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya