Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Jenis Risiko dalam Berinvestasi Properti, Jangan Disepelekan!

ilustrasi investasi properti (freepik.com/freepik)

Investasi properti seringkali dianggap lebih stabil dibandingkan investasi saham atau obligasi. Namun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Sama seperti jenis investasi lainnya, properti juga memiliki risiko tersendiri yang perlu dipertimbangkan dengan matang. Sama seperti investasi lainnya, properti juga rentan terhadap fluktuasi pasar dan perubahan kebijakan pemerintah.

Mulai dari biaya perawatan yang terus meningkat hingga risiko kekosongan properti, semua ini dapat mengancam return on investment (ROI) yang diharapkan. Maka dari itu, penting untuk mengenali jenis risiko yang akan dihadapi sebagai seorang investor properti. Apa saja jenis risiko dalam berinvestasi properti? Yuk, kita bahas!

1. Risiko pasar: perubahan harga pada properti

ilustrasi pembeli properti (unsplash.com/Maria Ziegler)

Harga properti itu bisa naik dan turun. Dilansir LandGate, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, perubahan jumlah penduduk, atau kelebihan pasokan properti. Kondisi pasar properti yang tidak menentu bisa sangat mempengaruhi nilai dan pendapatan dari investasi properti.

Untuk meminimalkan risiko, sebaiknya kamu melakukan pengamatan yang mendalam sebelum memutuskan untuk membeli properti. Kamu perlu melihat tren harga properti di masa lalu, berapa banyak orang yang mencari properti di daerah tersebut, dan bagaimana perubahan jumlah penduduk di daerah itu.

2. Risiko likuiditas: kesulitan menjual properti

potret gedung perkantoran (unsplash.com/Patrick Tomasso)

Tidak seperti saham yang bisa dijual dengan cepat, menjual properti membutuhkan waktu yang lebih lama. Jika kondisi pasar sedang tidak baik, menjual properti bisa menjadi lebih sulit, terutama jika kamu membutuhkan uang dalam waktu dekat. Origin Investments menginformasikan bahwa properti komersial, seperti gedung perkantoran atau ruko, biasanya lebih sulit dijual dibandingkan rumah atau apartemen.

Untuk menghindari risiko tersebut, penting bagi kamu untuk memiliki rencana yang matang sebelum memutuskan untuk membeli properti. Rencanakan bagaimana cara kamu akan menjual properti tersebut jika suatu saat nanti kamu membutuhkan uang.

3. Risiko operasional: masalah pengelolaan properti

ilustrasi menyewa jasa manajemen properti (unsplash.com/Jakub Żerdzicki)

Memiliki properti tidak hanya soal keuntungan, tetapi juga banyak tantangan yang harus dihadapi. Misalnya, kerusakan properti, masalah dengan penyewa, atau biaya perbaikan yang tidak terduga bisa membuat kita pusing dan mengeluarkan banyak uang. Pemilik properti harus benar-benar memahami cara mengelola properti untuk menghindari masalah-masalah tersebut.

Salah satu cara mengantisipasi masalah adalah dengan sering memeriksa kondisi properti dan memiliki asuransi yang baik. Namun, jika kamu merasa terlalu sibuk untuk mengurus semuanya sendiri, kamu bisa mempertimbangkan untuk menggunakan jasa perusahaan manajemen properti. Mereka akan membantu mengelola propertimu sehingga kamu tidak perlu pusing-pusing memikirkannya.

4. Risiko regulasi: adanya perubahan peraturan

ilustrasi biaya pajak (unsplash.com/engin akyurt)

Nilai dan penggunaan properti yang kamu miliki bisa berubah karena adanya perubahan peraturan pemerintah. Seperti perubahan aturan tentang penggunaan lahan, pajak properti, atau cara menyewakan properti, melansir Market of India. Perubahan-perubahan tersebut bisa sangat berpengaruh terhadap nilai propertimu.

Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk selalu update peraturan terbaru di daerah tempat propertimu berada. Sebaiknya, kamu juga berkonsultasi dengan ahli hukum untuk memastikan bahwa propertimu sudah sesuai dengan semua peraturan yang berlaku, supaya tidak ada potensi masalah yang lebih besar atau bahkan kerugian yang akan kamu tanggung kedepannya.

5. Risiko keuangan: beban hutang dan biaya tak terduga

potret gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan pada properti (unsplash.com/Çağlar Oskay)

Membeli properti dengan cara mencicil memang sering dilakukan, tetapi kita perlu berhati-hati. Jika pendapatan kita tidak stabil, maka kita akan kesulitan membayar cicilannya. Origin Investments menyarankan bahwa terlalu banyak berutang untuk membeli properti bisa berisiko kehilangan properti itu sendiri. 

Sebelum memutuskan untuk berutang, sebaiknya kita hitung dulu berapa banyak utang yang masih aman untuk kita tanggung. Biasanya, maksimal hutang dalam properti itu paling maksimal adalah 75 persen, lebih dari itu akan sangat berisiko. Selain itu, penting juga untuk memiliki simpanan uang darurat untuk menghadapi pengeluaran yang tidak terduga, seperti bencana alam yang dapat merusak propertimu.

Meskipun risiko dalam berinvestasi properti tidak bisa dihindari sepenuhnya, kamu tetap bisa mengelolanya dengan strategi yang tepat. Riset yang mendalam, dan perencanaan keuangan yang matang adalah kunci untuk sukses dalam investasi properti. Jadi, jangan takut untuk mencoba, tapi pastikan kamu sudah siap menghadapi tantangannya, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us