Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menyampaikan Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2025 meningkat menjadi 435,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp7.100,28 triliun, dengan asumsi kurs Rp16.300 per dolar AS.
Jumlah tersebut naik 4,05 miliar dolar AS dari April 2025 yang tercatat sebesar 431,55 miliar dolar AS atau sekitar Rp7.197,76 triliun dengan asumsi kurs Rp16.679 per dolar AS.
Meski terjadi kenaikan dalam denominasi dolar, nilai dalam rupiah justru menurun. Pertumbuhan ULN secara tahunan tercatat 6,8 persen, lebih rendah dari April yang sebesar 8,2 persen. Hal itu dipengaruhi perlambatan pertumbuhan ULN sektor publik dan kontraksi pada sektor swasta.
Namun, Ibrahim menilai struktur ULN Indonesia masih sehat, dengan rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terjaga di 30,6 persen dan 84,6 persen di antaranya merupakan ULN jangka panjang.
Dia menjelaskan, posisi ULN pemerintah per Mei 2025 sebesar 209,6 miliar dolar AS atau tumbuh 9,8 persen secara tahunan, lebih rendah dibanding April yang sebesar 10,4 persen.
"Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh pembayaran jatuh tempo Surat Berharga Negara (SBN) internasional, di tengah aliran masuk modal asing pada SBN domestik," sebutnya.