Ibrahim menyoroti perundingan dagang antara Uni Eropa (UE) dan AS saat ini tampak terhenti. Pemerintah AS disebut mempertimbangkan penerapan tarif 30 persen terhadap berbagai produk Uni Eropa (UE) jika tidak tercapai kesepakatan sebelum tenggat waktu 1 Agustus 2025.
"Sementara Uni Eropa sedang mempersiapkan paket pembalasan jika kesepakatan tidak tercapai sebelum batas waktu 1 Agustus," sebutnya.
Selain isu perdagangan, pasar juga menyoroti kekhawatiran baru terkait independensi bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Ibrahim menjelaskan independensi The Fed merupakan pilar penting kredibilitas kebijakan moneter.
"Ketika independensi tersebut dipertanyakan, investor khawatir bahwa kebijakan moneter dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor selain pertimbangan yang berbasis data, yang melemahkan kepercayaan terhadap dolar AS," tuturnya.