Rupiah Tembus Rp16 Ribu, Sri Mulyani Ungkap Untung Ruginya

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memberikan tanggapan mengenai nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak libur Lebaran lalu hingga saat ini.
Dikutip dari Bloomberg, rupiah pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (19/4/2024) berakhir melemah 81 poin atau 0,5 persen ke Rp16.260 per dolar AS. Sementara berdasarkan akarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah menyentuh Rp16.280 per dolar AS.
1. Dampak melemahnya rupiah terhadap ekspor-impor

Sri Mulyani mengatakan bahwa situasi global yang berkembang saat ini memberi dampak pada perekonomian Indonesia. Adapun pelemahan rupiah memberikan dampak positif dan negatif.
Menurutnya, menguatnya dolar AS yang menekan rupiah membuat penerimaan ekspor akan lebih baik.
"Di sisi ekspor, penerimaan akan jauh lebih baik dengan nilai tukar dolar yang menguat," tulis dia pada akunnya di Instagram, dikutip Minggu (21/4/2024).
Namun di sisi impor, dia menjelaskan, konversi harga dolar AS terhadap rupiah akan lebih tinggi. Hal ini bakal memberi dampak pada laju inflasi di tanah air.
2. Pemerintah lakukan antisipasi

Sri Mulyani mengungkapkan, pemerintah Indonesia terus melakukan langkah antisipasi dan waspada terhadap perkembangan yang terjadi. Dia pun optimistis Indonesia akan bisa mengatasinya.
"Saya yakin Indonesia akan tetap resilien dalam situasi ini," ujarnya.
Dia menuturkan, pemerintah akan menjaga stabilitas ekonomi makro, baik dari sisi moneter maupun fiskal. Pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk beradaptasi dengan tekanan yang ada.
"Dari sisi fiskal, kita memastikan APBN berperan menjadi shock absorber yang efektif dan kredibel," ucap Sri Mulyani.
3. Optimistis ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen

Di tengah gejolak global saat ini, Sri Mulyani pun optimistis target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5 persen masih bisa tercapai. Optimisme ini didukung ekspor yang kuat dan neraca perdagangan yang surplus.
"Saya sampaikan bahwa Indonesia masih optimis dan confident memiliki resiliensi ekonomi yang bagus, seperti saat melewati krisis pandemi lalu. Di tengah kondisi suku bunga dan inflasi global yang tinggi seperti saat ini, saya yakin ekonomi Indonesia akan tetap terjaga sesuai target," tuturnya.