ilustrasi chip Apple (unsplash.com/BoliviaInteligente)
Hingga Kamis, Apple belum memberikan pernyataan resmi terkait tarif baru tersebut. CEO Tim Cook pun tidak menanggapi permintaan komentar mengenai apakah Apple akan menaikkan harga atau melakukan penyesuaian rantai pasok.
“Kami sedang memantau situasinya dan belum ada tambahan informasi,” ujarnya kepada analis dalam panggilan pendapatan Januari lalu.
Trump secara terbuka menyebut Apple dalam pengumuman tarif, menyuarakan dorongan agar perusahaan teknologi itu memproduksi barangnya di dalam negeri. Meski Apple pernah merakit Mac Pro di Texas, sebagian besar proses perakitan tetap dilakukan di luar negeri.
Apple sebelumnya mengumumkan investasi sebesar 500 miliar dolar AS ke ekonomi domestik, termasuk pembelian suku cadang dan chip dari pemasok lokal, serta rencana penambahan 20 ribu lapangan kerja. Namun, belum ada sinyal kuat bahwa Apple akan memindahkan lini produksi utamanya ke Amerika Serikat.
Analis Wedbush, Dan Ives, menilai kemungkinan relokasi besar-besaran itu sangat kecil.
“Faktanya, akan butuh tiga tahun dan 30 miliar dolar AS untuk memindahkan bahkan hanya 10 persen dari rantai pasok mereka dari Asia ke AS, dengan gangguan besar dalam prosesnya,” tulisnya dalam catatan Kamis.
Sementara Apple tetap diam, para analis kini memutar otak untuk memprediksi dampak finansial jangka panjang. Perusahaan yang selama ini menghindari kenaikan harga di luar peluncuran produk baru, kini menghadapi dilema besar: memangkas margin atau membebankan beban ke konsumen.