Ibrahim menambahkan, perang Rusia dan Ukraina berimbas pada lonjakan harga komoditas pangan dan energi dunia, dan kemudian mendorong kenaikan inflasi di berbagai belahan dunia. Negara lain yang tidak memiliki kemampuan untuk memberikan subsidi, otomatis bebannya dilimpahkan ke masyarakat. Ini kemudian mendorong terjadinya inflasi di berbagai negara, dan bahkan bisa mendorong mereka ke arah resesi.
Namun, di dalam kondisi seperti ini, kata Ibrahim, Indonesia masih diuntungkan dan masih jauh dari resesi. Salah satu penopangnya adalah data fundamental ekonomi yang masih kuat, apalagi komoditas unggulan ekspor terus mengalami peningkatan, membuat penerimaan negara juga meningkat drastis.
"Walaupun beban subsidi sangat berat untuk menahan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun, dengan bauran strategi ekonomi, pemerintah dan Bank Indonesia terus bisa mengendalikan lonjakan harga dan terus melakukan intervensi di pasar valas dan pasar obligasi melalui perdagangan Domestic Non-Deliverable Forward," ucapnya.