Simulasi Impor Minyak Disiapkan Hadapi Risiko Penutupan Selat Hormuz

- Kementerian ESDM memastikan koordinasi terus dilakukan untuk memastikan ketersediaan minyak mentah dan BBM.
- Sebagian besar impor minyak berasal dari Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah, tidak hanya dari Selat Hormuz.
- Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen meningkatkan produksi minyak sebagai langkah strategis menjaga ketahanan energi nasional.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan simulasi jalur alternatif untuk impor minyak mentah jika terjadi gangguan di Selat Hormuz. Langkah itu dilakukan sebagai bagian dari antisipasi apabila jalur utama tersebut ditutup.
"Jadi, Pertamina sekarang udah punya jalur-jalur yang lain, kalau ini tutup, ini bagaimana? Itu udah ada excercise-nya, simulasinya," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana kepada jurnalis di Jakarta, dikutip Jumat (3/7/2025).
1. Kementerian ESDM pastikan pasokan bahan bakar aman

Dadan menyampaikan, koordinasi terus dilakukan, termasuk oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM, guna memastikan ketersediaan pasokan minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) tetap terjamin.
"Kita koordinasi terus, Dirjen Migas juga melakukan hal tersebut. Kita konteksnya kan memastikan supaya ketersediaan crude impor, dan BBM juga terjamin," ujarnya.
2. Impor minyak Indonesia tak bergantung penuh pada Selat Hormuz

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan, sebagian besar impor minyak Indonesia berasal dari kawasan Afrika dan Amerika Latin, mengingat Pertamina memiliki sejumlah blok migas di wilayah tersebut. Selain itu, impor juga datang dari Timur Tengah.
Sementara itu, berapa besar volume impor minyak yang dilakukan Indonesia melalui Selat Hormuz, Bahlil menyatakan masih akan mengeceknya lebih lanjut.
"Impor kita itu banyak, itu juga dari Afrika, Amerika Latin, karena beberapa sumur-sumur minyak Pertamina ada di sana. Kemudian beberapa Timur Tengah. Tapi nanti berapa pastinya saya akan cek," paparnya di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2025).
3. Pemerintah fokus tingkatkan produksi minyak nasional

Bahlil menegaskan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen meningkatkan produksi minyak atau lifting sebagai langkah strategis menjaga ketahanan energi nasional.
"Memang ini pekerjaan berat. Ini pekerjaan yang agak panjang. Tapi harus kita lakukan. Negara kita kalau kita mau kuat, maka kita harus mengoptimalkan seluruh konteks sumber daya alam kita dalam mengisi kebutuhan nasional kita," ujarnya.