Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi stres (unsplash.com/Rifki Kurniawan)

Pernah gak sih kamu merasa sudah kerja keras siang malam, tapi gaji cuma numpang lewat? Mungkin kamu mikir, “Kok hidup gini-gini aja, ya?” Padahal kamu bukan malas, dan penghasilan pun sebenarnya gak kecil.

Tapi setiap akhir bulan, rasanya tetap ngos-ngosan buat bayar tagihan. Ini bukan sekadar soal manajemen keuangan yang kurang oke. Bisa jadi kamu sedang terjebak dalam perbudakan ekonomi modern tanpa sadar.

Istilah “perbudakan ekonomi” bukan cuma omong kosong. Di zaman sekarang, kita gak lagi dijerat rantai dan dipaksa kerja di ladang, tapi banyak orang terikat oleh utang, gaya hidup konsumtif, dan sistem ekonomi yang memaksa terus bekerja tanpa sempat benar-benar menikmati hasil jerih payahnya.

Nah, supaya kamu bisa lebih sadar dan waspada, berikut ini lima tanda kamu mungkin sedang berada dalam perangkap perbudakan ekonomi modern.

1. Gaji habis cuma buat bayar cicilan dan tagihan

ilustrasi dompet kosong banyak utang (pexels.com/Nicola Barts)

Kalau hampir seluruh gajimu langsung ludes buat bayar cicilan KPR, angsuran mobil, tagihan kartu kredit, listrik, air, dan langganan-langganan digital, itu tanda pertama kamu sedang terikat secara ekonomi. Uang yang kamu hasilkan hanya numpang lewat, tanpa sempat kamu nikmati.

Mayoritas masyarakat hanya mampu menabung sekitar dua persen dari pendapatan tahunannya. Sisanya habis untuk membayar kebutuhan bulanan dan utang konsumtif. Kondisi ini bikin banyak orang merasa bekerja hanya untuk bertahan hidup, bukan berkembang.

2. Kamu pakai kartu kredit bukan buat poin, tapi buat bertahan hidup

ilustrasi kartu kredit (pexels.com/Anete Lusina)

Punya kartu kredit bukan masalah, selama kamu pakai untuk hal-hal terencana dan bisa bayar lunas tiap bulan. Tapi kalau kamu mulai gesek kartu kredit untuk beli kebutuhan pokok seperti makanan, pulsa, atau bahkan bayar listrik, itu red flag besar.

Kondisi ini sering terjadi ketika pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Banyak orang terjebak karena percaya bahwa belanja bisa memberi rasa puas dan bahagia. Sayangnya, hal ini justru memperbesar utang dan mempersempit ruang gerak finansialmu.

3. Kamu merasa stres tiap kali mikir soal uang

ilustrasi stres (unsplash.com/Francisco De Legarreta C.)

Setiap kali bangun tidur, yang terlintas di kepalamu langsung soal tagihan dan utang? Kamu kerja keras, lembur tiap hari, tapi tetap merasa gak cukup? Ini bukan cuma soal capek fisik lho, tapi juga tekanan mental yang muncul karena ketergantungan terhadap sistem ekonomi yang terus menuntut.

Orang yang merasa “terbelenggu” secara ekonomi cenderung kehilangan makna hidup. Mereka merasa seperti sedang disedot waktu dan energinya oleh sistem, tanpa imbalan yang sepadan. Kalau kamu sering merasa seperti ini, penting untuk mulai evaluasi hubunganmu dengan uang dan kerja.

4. Kamu termakan ilusi gaya hidup dari media sosial

ilustrasi belanja (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Sering tergoda beli barang atau ikut tren karena lihat influencer hidup glamor di Instagram? Bisa jadi kamu udah kena perangkap konsumsi yang didesain secara halus oleh sistem. Banyak dari influencer tersebut sebenarnya dibayar untuk mempromosikan gaya hidup “ideal” agar penontonnya tergoda membeli produk.

Tujuannya jelas: membuatmu merasa kurang dan terdorong untuk konsumsi lebih banyak. Padahal, hidup konsumtif seperti itu malah bikin kamu makin terjerat dalam utang dan tekanan ekonomi, lho.

5. Kamu gak punya tabungan darurat dan hidup dari gaji ke gaji

ilustrasi saving (pexels.com/cottonbro studio)

Kalau kamu gak punya dana darurat, artinya kamu sangat rentan terhadap kejadian tak terduga. Sekali aja ada musibah seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau biaya mendadak lainnya, keuanganmu bisa langsung kolaps. Ini tanda nyata bahwa kamu belum punya kendali penuh atas keuanganmu.

Disarankan untuk punya dana darurat setidaknya tiga sampai empat bulan penghasilan. Dana ini bukan buat diutak-atik, tapi sebagai bantalan darurat. Kalau sekarang kamu hidup dari gaji ke gaji dan belum bisa menyisihkan dana darurat, berarti kamu belum bebas secara ekonomi.

Perbudakan ekonomi modern bukanlah hal yang kamu alami sendirian. Sistem yang ada memang didesain supaya kamu terus bekerja dan terus mengonsumsi.

Tapi kabar baiknya, kamu masih bisa keluar dari lingkaran ini. Mulailah dari hal kecil: bedakan kebutuhan dan keinginan, catat pengeluaranmu, dan perlahan lunasi utang yang ada.

Ekonomi yang sehat bukan tentang berapa besar penghasilanmu, tapi bagaimana kamu mengelolanya. Dengan sedikit disiplin dan kesadaran, kamu bisa lepas dari jerat ekonomi yang bikin stres dan kembali punya kendali atas hidupmu sendiri. Ingat, kebebasan sejati bukan terletak pada jumlah barang yang kamu punya, tapi pada tenangnya hati saat tidak lagi dikejar-kejar utang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team