Kebutuhan Pertalite Diproyeksi Tembus 33,23 Juta Kiloliter di 2025

BPH Migas bersurat ke Kementerian Keuangan

Intinya Sih...

  • BPH Migas mengirim surat ke Kemenkeu terkait proyeksi volume JBT dan JBKP untuk 2025.
  • Proyeksi volume mencakup minyak solar, minyak tanah, dan Pertalite dengan kisaran tertentu.

Jakarta, IDN Times - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) telah mengirimkan surat kepada Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu), terkait proyeksi volume Jenis Bahan Bakar Tertentu (JBT) atau solar dan Jenis Bahan Bakar Khusus Penggunaan (JBKP) atau Pertalite untuk 2025.

Kepala BPH Migas Erika Retnowati menjelaskan surat tersebut juga membahas mengenai parameter perhitungan subsidi untuk jenis bahan bakar tertentu dan LPG tabung 3 kg, serta kompensasi bahan bakar minyak (BBM).

Hal itu dilakukan dalam rangka penyusunan outlook tahun anggaran 2024, rencana anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2025, dan medium-term budget framework (MTBF) tahun anggaran 2026-2029.

“Terkait dengan proyeksi volume JBT dan JBKP untuk 2025, BPH Migas telah mengirimkan surat kepada Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan pada tanggal 6 Februari 2024,” kata Erika dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (27/5/2024).

Baca Juga: Isu Penghapusan Pertalite, Pertamina: Kami Komitmen Tetap Menyalurkan

1. Kebutuhan Pertalite diproyeksikan capai 33,23 juta kiloliter di 2025

Kebutuhan Pertalite Diproyeksi Tembus 33,23 Juta Kiloliter di 2025IDN Times/Debbie Sutrisno

BPH Migas mengungkapkan proyeksi rentang volume JBT dan JBKP untuk 2025. Menurut pernyataan yang tercantum dalam surat yang dikirim ke Kemenkeu, proyeksi tersebut mencakup minyak solar dengan kisaran antara 18,33 juta hingga 19,44 juta kiloliter.

Kemudian minyak tanah diproyeksikan sebesar 0,514 hingga 0,546 juta kiloliter, serta Pertalite dengan kisaran 31,33 hingga 33,23 juta kiloliter.

Baca Juga: Pertamina Tegaskan Pertamax Green 95 Bukan Pengganti Pertalite

2. Perkiraan konsumsi BBM mengacu pada proyeksi pertumbuhan ekonomi

Kebutuhan Pertalite Diproyeksi Tembus 33,23 Juta Kiloliter di 2025SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta Selatan. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Erika menjelaskan, metode yang digunakan dalam penentuan batas bawah proyeksi volume tersebut menggunakan model statistik regresi. Model tersebut memanfaatkan data historis konsumsi BBM, parameter produk domestik bruto (PDB) per kapita, dan asumsi pertumbuhan ekonomi 2025.

“Sedangkan penentuan batas atas menggunakan metode eskalasi laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan data penjualan BBM serta asumsi pertumbuhan ekonomi,” ujar dia.

3. Konsumsi solar turun dan Pertalite naik tipis di 2023

Kebutuhan Pertalite Diproyeksi Tembus 33,23 Juta Kiloliter di 2025SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta Selatan. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Dia menjelaskan, terdapat penurunan konsumsi JBT minyak solar dari 17,61 juta kiloliter pada 2022 menjadi 17,57 juta kiloliter pada 2023. Penurunan tersebut disebabkan oleh penerapan pengendalian penyaluran melalui penggunaan QR code sejak Juni 2022.

“Dan juga peningkatan pengawasan di lapangan serta tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam turut mengawasi penyaluran BBM bersubsidi,” ujarnya.

Sementara itu, Erika menambahkan, pertumbuhan konsumsi JBKP Pertalite dari 2022 ke 2023 hanya sekitar 1,8 persen, naik dari 29,49 juta kiloliter pada 2022 menjadi 30,03 juta kiloliter pada 2023.

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya