OJK Pastikan Sektor Jasa Keuangan Stabil dan Tahan Banting
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, mengungkapkan stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dan resilient alias tahan banting.
"Kondisi ini didukung oleh sisi permodalan yang solid dan likuiditas yang memadai," jelas Mahendra dalam Konferensi Pers RDK OJK, Kamis (3/8/2023).
Baca Juga: Sektor Jasa Keuangan Indonesia Stabil, Ada Buktinya
1. Kinerja ekonomi Indonesia tetap positif
Mahendra menjelaskan kinerja perekonomian nasional terpantau positif didukung oleh beberapa indikator di antaranya, peningkatan surplus neraca perdagangan, peningkatan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Juli 2023 menjadi 53,3 dibandingkan Juni 2023 sebesar 52,5 persen, serta peningkatan utilitas kapasitas industri.
Kendati demikian, potensi peningkatan kinerja sektor rumah tangga dan sisi permintaan secara umum dianggap masih perlu didorong. “Terlihat dari berlanjutnya tren penurunan inflasi ini, moderasi penjualan retail, dan optimisme konsumen,”ujarnya.
Baca Juga: Bos OJK Waspadai Dampak Ketidakpastian Global ke Sektor Jasa Keuangan
2. Ekonomi AS lebih baik dari ekspektasi
Editor’s picks
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada kuartal II tercatat 2,4 persen (yoy) atau jauh lebih baik dibandingkan ekspektasi sebelumnya. Bahkan, The Fed memproyeksi laju ekonomi AS sepanjang tahun 2023 hanya tumbuh 1 persen dengan tingkat inflasi yang juga terus menurun.
Meski begitu, OJK menyebut pemulihan ekonomi di China dan Eropa justru melemah dengan tekanan deflasi.
"Sementara tekanan inflasi di Eropa masih persisten tinggi. Namun demikian, secara umum, kinerja perekonomian global masih lebih baik dari perkiraan awal," jelasnya.
3. Siklus peningkatan suku bunga The Fed mendekati akhir
Mahendra menyebut pasar telah memproyeksikan siklus peningkatan suku bunga The Fed telah mendekati akhir pascakenaikan suku bunga sebesar 25 bps di Juli lalu, sehingga suku bunga The Fed saat ini menjadi 5,25-5,5 persen.
"Hal ini mendorong penguatan pasar keuangan global baik di pasar saham, pasar surat utang, maupun pasar nilai tukar, yang juga disertai mulai terjadinya inflow ke mayoritas pasar keuangan emerging markets,” ujar Mahendra.
Baca Juga: BI: Seluruh Pasar Keuangan Panik, Jual Aset Borong Dolar