Rupiah Tembus Rp15.800 Jadi Alasan BI Kerek Suku Bunga Acuan 

Hingga pukul 14.00 WIB, rupiah sentuh Rp15.930 per dolar AS

Jakarta, IDN Times - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyampaikan, bahwa langkah Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan lalu, bertujuan untuk menjaga stabilitas rupiah. 

Diketahui, penguatan dolar telah terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi ini pun berdampak terhadap melemahnya rupiah dan mata uang negara kawasan lainnya. Berdasarkan data Bloomberg hingga Senin (23/10/2023), pukul 14.00 WIB rupiah sudah menyentuh Rp15.930 per dolar AS.

"Ini menjadi dasar bagi kami dalam RDG terakhir, kami menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps menjadi 6 persen. Tujuannya untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah," tegasnya dalam acara Peluncuran Buku KSK No. 41, Senin (23/10/2023).

1. Perang hingga inflasi jadi tantangan global

Rupiah Tembus Rp15.800 Jadi Alasan BI Kerek Suku Bunga Acuan Ilustrasi Dollar Dan Rupiah (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Menurutnya ketidakpastian global yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir telah berdampak bagi ekonomi global dan volatilitas di pasar keuangan.

Adapun beberapa tantangan yang dihadapi, perang Rusia-Ukraina yang belum usai, namun dunia dikejutkan dengan munculnya krisis geopolitik di Timur Tengah antara Israel dan Palestina.

"Ketegangan politik ini telah mendorong kenaikan harga energi, pangan meningkat. Kemudian mengakibatkan terus meningkatnya inflasi di global termausk di negara maju seperti Eropa dan Amerika," jelasnya.

Baca Juga: Apa yang Terjadi Jika Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS?

2. Aliran modal asing keluar Rp400 juta hingga 17 Oktober

Rupiah Tembus Rp15.800 Jadi Alasan BI Kerek Suku Bunga Acuan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo (Dok. Departemen Komunikasi Bank Indonesia)

Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan ketidakpastian global yang meningkat, telah memicu aliran keluar modal asing (net outflows) dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan III 2023 sebesar 2,1 miliar dolar AS. 

Tekanan terhadap aliran modal asing terus berlanjut pada triwulan IV 2023 yang hingga 17 Oktober 2023 mencatat net outflows sebesar 0,4 miliar dolar AS. 

"Berbagai perkembangan tersebut mendorong pembalikan arus modal dari negara emerging market economies ke negara maju ke aset yang lebih likuid, cash is the king," tutur Perry.

3. BI terus lakukan intervensi

Rupiah Tembus Rp15.800 Jadi Alasan BI Kerek Suku Bunga Acuan Ilustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Selain menaikkan suku bunga acuan, BI pun berupaya menstabilkan rupiah melalui intervensi di pasar valuta asing, dengan pendalaman pasar uang rupiah dan pasar valuta asing, termasuk optimalisasi SRBI dan penerbitan instrumen-instrumen lain.

"Ini untuk meningkatkan mekanisme pasar baik dalam meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri. Koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha terus ditingkatkan dan diperluas untuk implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023," jelasnya. 

Baca Juga: The Fed Diproyeksikan Naikkan Suku Bunga Lagi, Dampaknya?

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya