Skandal Adani Jual Batu Bara Kualitas Rendah, Seret Perusahaan RI

Lebih dari 2 juta orang India meninggal akibat polusi udara

Jakarta, IDN Times - Perusahaan milik Gautam Adani, Adani Group, diduga melakukan penipuan dengan menjual batu bara berkualitas rendah dengan harga yang lebih mahal dan klaim lebih ramah lingkungan dalam transaksi dengan perusahaan listrik negara India.

Dalam laporan Financial Times dikutip, Jumat  (23/5/2024), dugaan penipuan ini sudah berlangsung lama dan  berdasarkan dokumen yang diamankan oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).

Kondisi ini pun berpotensi menambah dimensi lingkungan pada tuduhan korupsi yang terkait dengan konglomerat India tersebut. Mereka berpendapat bahwa Adani mungkin melakukan penipuan dengan memperoleh keuntungan besar dengan mengorbankan kualitas udara. Ini karena menggunakan batu bara kualitas rendah untuk pembangkit listrik berarti membakar lebih banyak bahan bakar fosil dan menyebabkan polusi.

Baca Juga: Skandal Adani Group, Konglomerat India Gautam Kehilangan Rp1.600 T

1. Faktur pembelian menunjukkan Adani membeli batu bara mengandung 3.500 kalori per kg

Skandal Adani Jual Batu Bara Kualitas Rendah, Seret Perusahaan RIGautam Adani (google.com)

Faktur pembelian menunjukkan per Januari 2014, Adani membeli batu bara kiriman dari Indonesia yang diduga mengandung 3.500 kalori per kilogram (kg).

Pengiriman yang sama dijual ke perusahaan Tamil Nadu Generation and Distribution Company (Tangedco) sebagai batu bara berkalori 6.000 kalori, salah satu jenis batu bara kualitas tinggi.

Adani diperkirakan mendapat keuntungan lebih dari dua kali lipat dalam proses ini setelah dipotong biaya transportasi.

2. Perusahaan Adani diduga dapat pasokan batu bara dari Indonesia

Di samping itu, Financial Times  juga telah mencocokkan dokumentasi untuk 22 pengiriman berikutnya sepanjang 2014 yang melibatkan pihak yang sama sejumlah 1,5 juta ton batu bara.

Temuan berikutnya, Adani mendapatkan batu bara dari perusahaan pertambangan di Indonesia yang terkenal dengan produksi kalori dan hasil bahan bakar dengan kualitas rendah. Perusahaan ini mengirimkan batu bara ke negara bagian paling selatan India untuk pembangkit listrik dan memenuhi kontrak yang menetapkan bahan bakar mahal berkualitas tinggi.

Direktorat Intelijen Pendapatan (DRI) India, unit investigasi ikut  mengawasi kejahatan ekonomi, dan membuka penyelidikan terhadap harga batu bara pada tahun 2016. Penuntutan terhadap seorang pengusaha terkait dugaan inflasi harga batu bara senilai 68 juta dolar AS adalah salah satu dari sedikit tindakan nyata yang dilakukan. 

Dokumen baru yang diperoleh OCCRP dan dikutip oleh Financial Times menunjukkan bahwa pada Desember 2013, kapal MV Kalliopi L meninggalkan Indonesia membawa batu bara dengan harga tercatat 28 dolar ASper ton. Ketika tiba di India pada tahun baru, Adani menjual batu bara tersebut ke Tangedco seharga 92 dolar AS per ton.

Batu bara tersebut berasal dari operasi grup pertambangan Indonesia PT Jhonlin di Kalimantan Selatan. Dokumen pernyataan ekspor oleh PT Jhonlin disebutkan bahwa pembeli akhir adalah Tangedco, dan mencantumkan rinciannya bahwa Adani sebagai perantara. Namun, tagihan Jhonlin masuk ke Supreme Union Investors yang berbasis di British Virgin Islands, dengan biaya 28 dolar AS per ton.

Seminggu kemudian, Supreme Union Investors menagih Adani di Singapura untuk pengiriman tersebut dengan harga 34 dolar AS per ton, dengan menyatakan bahwa batu bara tersebut mengandung 3.500 kalori per kg. Pada tagihan Adani berikutnya ke Tangedco, kualitasnya melonjak menjadi 6.000 kalori—begitu pula harganya, menjadi 92 dolar AS  per ton.

Dokumen lain menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak terjadi secara terpisah. Pesanan pembelian pada 2014 mencantumkan 32 pengiriman batu bara 6.000 kalori ke Tangedco oleh Adani, dengan total 2,1 juta ton dengan harga 91 dolar AS per ton. Perintah tersebut dikeluarkan berdasarkan undang-undang kebebasan informasi India menyusul permintaan OCCRP.

Baca Juga: Harta Rp2 Ribu Triliun, Gautam Adani Jadi Orang Terkaya ke-3 di Dunia

3. Supreme Union Investor bertindak sebagai perantara untuk 24 kargo

Skandal Adani Jual Batu Bara Kualitas Rendah, Seret Perusahaan RIAktivitas bongkar muat beras Bulog di Terminal Curah Kering SPMT Branch Belawan, Senin (18/3/2024). Tahun ini SPMT akan melayani bongkar muat kargo milik Bulog untuk impor beras sebanyak 2 juta ton (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Menurut catatan internal Jhonlin, Supreme Union Investors bertindak sebagai perantara untuk 24 kargo yang tercantum dalam pesanan pembelian Tangedco, membelinya dengan harga rata-rata 28 dolar AS per ton. Menurut data Argus, harga kargo tersebut sedikit di atas patokan batu bara 4.200 kalori dari Indonesia, pada saat itu diperdagangkan dengan harga antara 22 dolar AS dan 26 dolar AS per ton.

FT mencocokkan 22 dari 24 pelayaran dengan pengajuan dari India dalam seluruh 22 pengiriman, Tangedco menjadi pembeli akhir dengan harga rata-rata 86 dolar AS per ton. Harga tersebut sejalan dengan perkiraan Argus mengenai harga pasar lokal untuk batu bara bermutu tinggi, 6.000 kalori, yaitu antara 81 dolar AS dan 89 dolar AS, termasuk biaya pengangkutan.

Perkiraan harga terkini untuk biaya pengangkutan untuk setiap ton yang terjual dengan harga rata-rata 86 dolar AS per ton, Adani dan perantaranya berbagi keuntungan hingga 46 dolar AS per ton. Totalnya berjumlah sekitar 70 juta dolar AS untuk 22 pelayaran.

Di sisi lain, Adani pun membantah tuduhan penipuan. Juru bicara kelompok tersebut mengatakan bahwa kualitas batubara telah diuji secara independen pada saat pemuatan dan pembongkaran, serta oleh otoritas bea cukai dan ilmuwan Tangedco.

“Dengan batubara yang dipasok telah melewati proses pemeriksaan kualitas yang rumit oleh berbagai lembaga di berbagai negara. poin-poinnya, jelas bahwa tuduhan pasokan batubara berkualitas rendah bukan saja tidak berdasar dan tidak adil, namun juga sangat tidak masuk akal," ucapnya. 

4. Lebih dari 2 juta orang di India meninggal akibat polusi udara

Skandal Adani Jual Batu Bara Kualitas Rendah, Seret Perusahaan RIIlustrasi polusi udara (Unsplash/Frederic Paulussen

Lebih lanjut, berdasarkan penelitian di The Lancet pada 2022, lebih dari 2 juta orang terbunuh di India setiap tahunnya akibat polusi udara luar ruangan. Sementara penelitian lain menemukan peningkatan signifikan angka kematian anak di lokasi di sekitar pembangkit listrik tenaga batu bara.

Sementara itu, dalam studi lain yang dilakukan pada satu dekade yang lalu menemukan bahwa pembangkit listrik tenaga batu bara, yang memasok sekitar tiga perempat listrik India, menyumbang sekitar 15 persen dari emisi partikel halus, 30 persen nitrogen oksida, dan 50 persen emisi buatan negara tersebut.

“Kesehatan masyarakat jelas tidak mendapat perhatian di India dibandingkan kepentingan sektor ketenagalistrikan,” kata Sunil Dahiya, analis di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih berbasis di New Delhi.

Pada periode 2021 dan 2023,  perusahaan Adani membayar lebih dari 5 miliar dolar AS kepada perantara untuk batu bara yang diimpor ke India jauh di bawah harga pasar.

Pengungkapan terbaru ini muncul ketika Adani berupaya mengubah citranya menjadi pemain besar energi terbarukan. Termasuk dengan membangun salah satu pembangkit listrik tenaga angin dan surya terbesar di dunia di Khavda, dekat perbatasan Pakistan.

Baca Juga: Gautam Adani, Orang Terkaya Asia Berharta Rp1.200 Triliun

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya