Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Uni Eropa Tunda Balas Tarif AS

bendera uni eropa (unsplash.com/ALEXANDRE LALLEMAND)
bendera uni eropa (unsplash.com/ALEXANDRE LALLEMAND)
Intinya sih...
  • Trump ancam tarif 30 persen untuk Uni Eropa dan Meksiko
  • Uni Eropa perpanjang penangguhan tarif terhadap AS

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan rencana penerapan tarif 30 persen untuk sebagian besar impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus 2025. Langkah ini diumumkan pada Sabtu (12/7/2025), setelah negosiasi perdagangan dengan mitra utama AS belum mencapai kesepakatan.

Pada Minggu (13/7/2025), Uni Eropa menyatakan akan memperpanjang penangguhan balasan tarif terhadap AS hingga awal Agustus 2025. Uni Eropa tetap mengupayakan solusi negosiasi guna menghindari perang dagang yang lebih luas.

1. Trump umumkan tarif baru untuk Uni Eropa dan Meksiko

Donald Trump dengan bagan tarif resiprokal pada 2 April 2025 di Gedung Putih (flickr.com/The White House)
Donald Trump dengan bagan tarif resiprokal pada 2 April 2025 di Gedung Putih (flickr.com/The White House)

Presiden Trump mengirim surat kepada Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen dan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, yang berisi ancaman tarif 30 persen untuk sebagian besar barang impor dari kedua kawasan tersebut. Trump menegaskan, tarif akan diberlakukan mulai 1 Agustus 2025 jika tidak ada kesepakatan baru sebelum tenggat waktu tersebut.

"Kami telah memberikan waktu bertahun-tahun untuk berdiskusi dengan Uni Eropa, namun defisit perdagangan yang besar tetap terjadi. Kini saatnya bergerak menuju perdagangan yang lebih adil," menurut pernyataan resmi Trump, dilansir BBC.

Tarif baru ini juga akan berlaku untuk negara-negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, Kanada, dan Brasil. Pemerintah AS menilai penawaran dari negara-negara mitra masih belum cukup.

"Presiden menilai bahwa kesepakatan yang ada saat ini masih belum memadai." kata penasihat ekonomi utama Trump, Kevin Hassett, dilansir India Today.

2. Uni Eropa pilih negosiasi dan tunda balasan tarif

Presiden Uni Eropa Ursula, von der Leyen, mengumumkan perpanjangan penangguhan balasan tarif terhadap AS hingga awal Agustus. Ia menegaskan, Uni Eropa tetap mengedepankan jalur diplomasi dan negosiasi.

"Kami selalu jelas bahwa kami lebih memilih solusi melalui negosiasi. Ini tetap menjadi tujuan kami, dan kami akan memanfaatkan waktu yang ada," ujar von der Leyen dalam konferensi pers di Brussels, dikutip CNN.

Penangguhan ini sebelumnya dijadwalkan berakhir pada Senin (14/7), namun diperpanjang untuk memberi waktu tambahan bagi perundingan. Uni Eropa juga telah menyiapkan daftar barang AS senilai miliaran euro yang siap dikenakan tarif jika pembicaraan gagal.

Kanselir Jerman, Friedrich Merz, pada Minggu (13/7) mengatakan, dukungan terhadap upaya negosiasi damai.

"Jika tarif 30 persen benar-benar diterapkan, kami harus menunda sebagian besar upaya kebijakan ekonomi karena akan berdampak besar pada industri ekspor Jerman," katanya.

3. Reaksi dan persiapan balasan Uni Eropa

Von der Leyen menegaskan, Uni Eropa tetap mempersiapkan langkah balasan jika AS benar-benar memberlakukan tarif 30 persen.

"Kami akan terus mempersiapkan langkah-langkah balasan agar benar-benar siap," kata von der Leyen.

"Jika solusi negosiasi yang adil tidak tercapai, maka kami harus mengambil langkah tegas untuk melindungi pekerjaan dan perusahaan di Eropa. Tangan kami tetap terbuka, tetapi kami tidak akan menerima semua syarat," kata Menteri Keuangan Jerman, Lars Klingbeil.

Pada pertengahan April 2025, Uni Eropa telah menunda penerapan tarif balasan atas produk AS senilai 21 miliar euro (Rp398,1 triliun) sebagai respons terhadap tarif baja dan aluminium dari Washington. Penundaan ini kembali diperpanjang hingga awal Agustus sebagai bagian dari upaya mencari solusi damai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us