Trump Kenakan Tarif 30 Persen untuk Eropa dan Meksiko

- Uni Eropa siapkan balasan setelah tarif dianggap merugikan
- Trump tuding Meksiko belum cukup cegah perdagangan narkoba
- Tarif Trump dinilai tidak konsisten dan picu ketidakpastian global
Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan barang dari Uni Eropa (UE) dan Meksiko akan dikenakan tarif impor sebesar 30 persen mulai 1 Agustus 2025. Pengumuman ini ia sampaikan melalui surat resmi yang diunggah ke platform media sosialnya, Truth Social pada Sabtu (12/7/2025).
Trump juga memperingatkan mitra dagang yang membalas tarif itu akan langsung dikenai tambahan bea masuk lebih tinggi. Dalam surat tertanggal Jumat (11/7/2025), Trump menulis setiap aksi balasan dari negara lain akan langsung dijawab oleh AS.
“Berapapun jumlah yang kalian pilih untuk dinaikkan (tarif), akan ditambahkan ke 30 persen yang kami kenakan,” tulisnya, dikutip dari CNN International, Minggu (13/7).
Langkah ini mengejutkan UE yang sebelumnya sedang berunding intensif dengan utusan perdagangan AS, Jamieson Greer.
1. Uni Eropa siapkan balasan setelah tarif dianggap merugikan
Kesepakatan prinsip yang sebelumnya diajukan ke meja Trump hanya mencantumkan tarif 10 persen, atau lima kali lipat dari tarif sebelumnya, dan sempat digambarkan oleh pihak UE sebagai “sakit”. Namun pengumuman mendadak soal tarif 30 persen membuat blok itu kecewa dan khawatir akan dampaknya terhadap rantai pasok. Menurut laporan BBC, pada 2024 lalu, defisit perdagangan AS terhadap UE tercatat sebesar 235,6 miliar dolar AS (sekitar Rp3,8 kuadriliun).
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut kebijakan tarif baru itu akan merugikan semua pihak.
“Ini akan mengganggu rantai pasok transatlantik, merugikan bisnis, konsumen, dan pasien di kedua sisi Atlantik,” katanya, dikutip dari The Guardian, Minggu (13/7).
Sejumlah negara anggota kini mendesak agar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) menteri perdagangan UE pada Senin (14/7/2025) memutuskan balasan senilai 21 miliar euro (sekitar Rp397 triliun) yang sebelumnya sempat ditangguhkan.
Tarif tinggi dari Trump juga berpotensi memicu perang dagang baru, terutama pada barang-barang margin rendah seperti cokelat Belgia, mentega Irlandia, dan minyak zaitun Italia. Perdana Menteri (PM) Italia Giorgia Meloni menyuarakan keprihatinan atas arah kebijakan Trump.
“Niat baik … untuk mencapai kesepakatan yang adil yang dapat memperkuat barat secara keseluruhan. Tidak masuk akal untuk memicu perang dagang antara kedua sisi Atlantik,” serunya.
2. Trump tuding Meksiko belum cukup cegah perdagangan narkoba
Dalam surat yang dikirimkan kepada pemimpin Meksiko, Trump mengakui negara tetangga itu telah membantu mengurangi masuknya migran ilegal dan fentanyl ke AS. Namun, ia menilai Meksiko belum melakukan cukup banyak untuk mencegah kawasan Amerika Utara menjadi pusat perdagangan narkoba. Selama ini, produk dari Meksiko masuk ke AS bebas bea selama memenuhi ketentuan Perjanjian Amerika Serikat–Meksiko–Kanada (USMCA).
Pemerintah Meksiko langsung menyampaikan ketidaksetujuannya dalam pertemuan bilateral dengan pejabat AS pada Jumat (11/7). Menteri Ekonomi Meksiko Marcelo Ebrard mengatakan, pihaknya menyampaikan keberatan secara langsung.
“Perlakuan tidak adil dan kami tidak setuju,” tulis Ebrard dalam unggahannya di X.
Ia menambahkan, kedua negara sedang berunding mencari alternatif yang bisa melindungi pekerjaan dan usaha di kedua sisi perbatasan. USMCA yang disebut sebelumnya juga sering disingkat menjadi US-Mexico-Canada Agreement, yakni perjanjian dagang antara ketiga negara di kawasan Amerika Utara.
3. Tarif Trump dinilai tidak konsisten dan picu ketidakpastian global

Selama tahun ini, Trump telah memberlakukan, mengubah, lalu membatalkan sejumlah tarif terhadap berbagai negara. Kebijakan yang berubah-ubah ini membuat banyak pihak kebingungan, dari pelaku usaha kecil hingga negara-negara mitra dagang.
Pemerintahannya juga mempermasalahkan keberadaan pajak digital dan pajak pertambahan nilai (PPN) yang diberlakukan oleh negara-negara Eropa terhadap perusahaan teknologi.
Meksiko dan UE kini masuk dalam daftar negara yang impornya akan dikenakan tarif mulai 1 Agustus mendatang. Beberapa surat tarif yang diposting Trump sejak awal pekan bahkan menyebutkan bea masuk bisa mencapai 40 persen.
Douglas Holtz-Eakin, mantan direktur Congressional Budget Office(CBO), mengkritik langkah Trump secara terbuka.
“Mereka menghabiskan waktu untuk berbicara satu sama lain tentang seperti apa masa depan nanti, dan kami ditinggalkan,” katanya.
Holtz-Eakin juga menilai bahwa surat tarif yang diposting Trump lebih bersifat simbolik ketimbang substansi. Ia menyebut isi surat itu tidak mencerminkan perundingan nyata yang sedang berlangsung.
“Pada akhirnya, ini adalah surat kepada negara lain tentang pajak yang akan dia kenakan pada warganya,” ujarnya.