Airlangga Minta Korsel Bujuk AS Terima Produk EV dari Pabrik RI

Korsel jadi investor asing terbesar ketujuh di Indonesia

Intinya Sih...

  • Pemerintah Indonesia meminta bantuan Korsel untuk membuka pasar AS terhadap produk kendaraan listrik buatan Indonesia.
  • Kerja sama pengembangan investasi baterai EV dan pembangunan ekosistem EV melalui investasi Hyundai dan LG Energy Solution di Indonesia.
  • Korsel menjadi investor asing terbesar ke-7 di Indonesia dengan nilai investasi sebesar 2,5 miliar dolar AS pada 2023.

Jakarta, IDN Times - Pemerintah meminta pemerintah Korea Selatan membantu bernegosiasi dengan Amerika Serikat (AS) agar membuka pasarnya terhadap produk kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) pabrikan Indonesia.

Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam pertemuan bilateral dengan Minister of Trade, Industry and Energy (MOTIE) Korea Selatan, Ahn Duk Geun di Seoul, Rabu (22/5/2024) kemarin.

“Saya berharap bahwa ekosistem EV bisa lebih dalam dan tentunya nanti dengan Korea mohon bantuan untuk berbicara dengan Amerika agar Undang-Undang IRA-nya bisa membuka pasar bagi produk dari kerja sama antara LG dan Hyundai untuk masuk ke pasar Amerika,” ujar Airlangga dikutip dari keterangan resmi, Kamis (23/5/2024).

Baca Juga: Korsel Nantikan Kunjungan Presiden Terpilih Prabowo Subianto

1. Pemerintah perkuat kerja sama dengan Korsel di berbagai bidang

Airlangga Minta Korsel Bujuk AS Terima Produk EV dari Pabrik RIilustrasi Elon di Tesla factory (dok. youtube.com/Marques Brownlee)

Pemerintah juga berupaya meningkatkan kerja sama berbagai sektor dengan Korea Selatan. Salah satunya untuk pengembangan investasi baterai EV. Kedua Menteri juga membicarakan kerja sama pembangunan ekosistem EV melalui investasi Hyundai dan LG Energy Solution di Indonesia.

“Saya berharap Menteri Ahn bisa membantu untuk lebih lagi memperkuat dan memperdalam kerja sama industri, perdagangan, dan juga di bidang transisi energi antara Indonesia dan Korea,” kata Airlangga.

Pada Juli 2023 lalu telah dilakukan Pertemuan Joint Committee on Economic Cooperation (JCEC) ke-2 di Seoul. Dalam pertemuan tersebut dicapai beberapa hasil penting, antara lain:

  • Kerja sama pengembangan investasi turunan nikel untuk baterai EV.
  • Akses pasar produk buah Indonesia ke Korea Selatan.
  • Perluasan pabrik petrokimia Lotte
  • Pemmbangunan klaster baja Krakatau Steel - Posco.
  • Perluasan akses pasar UMKM Indonesia melalui e-platform Korea Selatan.
  • Kerja sama terkait transisi energi dan mitigasi perubahan iklim global yang meliputi kerja sama teknologi Carbon Capture and Storage (CCS), produksi energi hidrogen/amonia
  • Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Menurut Airlangga, terdapat beberapa kerja sama yang sudah berjalan seperti perluasan pabrik petrokimia Lotte dan pembangunan klaster baja Krakatau Steel - Posco. Meski begitu, terdapat beberapa kesepakatan kerja sama yang masih perlu didorong untuk segera diimplementasikan.

2. Korea duduki peringkat ke-7 dalam daftar investor asing di Indonesia

Airlangga Minta Korsel Bujuk AS Terima Produk EV dari Pabrik RIilustrasi korea selatan (pixabay.com/viarami)

Korea Selatan (Korsel) sendiri berinvestasi sebasar 2,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp40,18 triliun (kurs Rp16.071 per dolar AS) di Indonesia sepanjang 2023. Angka tersebut meningkat 8,7 persen dibandingkan 2022.

Dengan total nilai investasi itu, Korsel menduduki peringkat ke-7 dalam daftar negara yang berinvestasi di Indonesia.

Memasuki dekade kelima dalam kemitraan bilateral Indonesia dan Korsel, total nilai perdagangan bilateral kedua negara mencapai 20,8 miliar dolar AS atau sekitar R334 triliun pada 2023.

Baca Juga: Australia-Indonesia Satu Visi Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik

3. Korsel bahas proyek pembangkit listrik nuklir ramah lingungan

Airlangga Minta Korsel Bujuk AS Terima Produk EV dari Pabrik RIPembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Paritohan, Kabupaten Toba, Sumatra Utara. (dok. Inalum)

Dalam kesempatan tersebut, Korea Selatan juga menyampaikan peluang kerja sama terkait pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir melalui Korea Atomic Energy Research Institute (KAERI).

Lebih lanjut, KAERI telah mengembangkan teknologi Small Modular Reactor (SMR) yang didesain aman dan menghasilkan jejak karbon lebih rendah dibandingkan reaktor konvensional. Reaktor modular nuklir skala kecil menjadi solusi alternatif untuk memasok energi listrik terutama di daerah-daerah terpencil atau terisolasi.

“Pada pertemuan JCEC ke-3 tahun ini merupakan giliran Indonesia menjadi tuan rumah, jadi pada kesempatan ini kami mengundang Menteri Ahn untuk melakukan pertemuan JCEC pada bulan Juli di Jakarta,” ujar Airlangga.

Baca Juga: Kemenhub Terbitkan Aturan Khusus Kapal yang Angkut Kendaraan Listrik

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya