Garuda Indonesia Catatkan Rugi Rp35,38 Triliun di 2020

Kerugian naik 61,74 persen dibandingkan sebelum era pandemik

Jakarta, IDN Times - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat kerugian sepanjang 2020. Hal itu tertulis pada laporan keuangan yang dipublikasikan secara terbuka pada keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (19/7/2021).

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020, Garuda Indonesia mengalami kerugian bersih sebesar 2,44 miliar dolar AS atau sekitar Rp35,38 triliun jika nilai kurs Rp14.500 per dolar AS.

Jika dibandingkan dengan 2019 di mana pandemik COVID-19 belum melanda Indonesia, kerugian yang dialami Garuda Indonesia meningkat sebesar 61,74 persen dengan laporan kerugian di tahun 2019 sebesar 39,93 juta dolar AS atau sekitar Rp 564 miliar. 

"Kondisi keuangan Grup memburuk terutama karena pandemik COVID-19 yang diikuti dengan pembatasan perjalanan sehingga menyebabkan penuruna perjalanan udara yang signifikan, dan berdampak pada operasi dan likuiditas grup," tulis auditor akuntan publik Tanudiredja Wibisana, Rintis & Rekan dalam keterangan laporan auditor independen Garuda Indonesia kepada para pemegang saham, Kamis (15/7/2021).

Baca Juga: Di Tengah Pandemik, Garuda Indonesia Catatkan Pendapatan Rp20,2 T 

1. Pendapatan anjlok

Garuda Indonesia Catatkan Rugi Rp35,38 Triliun di 2020Ilustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Kerugian yang dialami Garuda Indonesia seiring dengan pendapatannya yang anjlok di 2020 yaitu sebesar 1,49 dolar AS atau sekitar Rp21,60 triliun. Drop dari pendapatan di 2019 yang mencapai 4,57 dolar AS atau sekitar Rp66,26 triliun.

Sementara dari pendapatan tersebut Garuda Indonesia harus menanggung beban operasional penerbangan sebesar 1,65 miliar dolar AS ditambah beban lainnya seperti beban pemeliharaan, bandara, tiket, pelayanan penumpang dan lainnya.

2. Ekuitas tercatat negatif atau defisiensi

Garuda Indonesia Catatkan Rugi Rp35,38 Triliun di 2020Ilustrasi (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Garuda Indonesia sempat mecatat ekuitas positif di 2019 yaitu sebesar 582,58 miliar dolar AS, namun di 2020 ekuitas GIAA tercatat negatif atau defisiensi modal 1,94 miliar dolar AS.

Tak hanya itu, liabilitas Garuda Indonesia mencapai 12,73 miliar dolar AS di tahun 2020 dengan rincian jangka panjang senilai 8,43 miliar dolar AS dan jangka pendek senilai 4,29 miliar. Dibandingkan dengan 2019, liabilitas Garuda Indonesia bertambah senilai 3,87 miliar dolar AS.

Baca Juga: Top! Bisnis Kargo Garuda Indonesia Tumbuh 35 Persen Pada Mei 2021

3. Tidak menyatakan pendapat

Garuda Indonesia Catatkan Rugi Rp35,38 Triliun di 2020Ilustrasi rencana keuangan, laporan keuangan, anggaran (IDN Times/Shemi)

Kantor Akuntan Publik Tanudiredja Wibisana, Rintis dan Rekan tidak menyatakan pendapat. Hal itu karena Garuda Indonesia mengalami kerugian yang membuat kondisi keuangan Garuda Indonesia memburuk dan berpengaruh pada kemampuan Grup dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

Kemudian, dalam keterangan tersebut juga tertulis bahwa Garuda Indonesia sedang mengambil langkah untuk pemenuhan kewajiban keuangan namun sampai laporan tersebut rilis pemenuhan keuangan Garuda Indonesia belum semuanya direalisasi. 

Oleh karena itu, Auditor menyampaikan opini tidak menyatakan pendapat karena tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.

"Kami tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit. Oleh karena itu, kami tidak menyatakan suatu opini atas laporan keuangan konsolidasian PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan entitas anaknya tanggal 31 Desember 2020 dan untuk tahun yang berakhhir pada tanggal tersebut terlampir," tulis auditor.

Baca Juga: Didenda KPPU Rp 1 Miliar, Bos Garuda Indonesia Buka Suara

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya